Dari dusun Banten Damai menuju Dangiang Timur harus melewati jalan Lengkukun. Hanya itu satu-satunya jalan. Saat melewatinya, tak sengaja kami menemukan bangunan beton beratap sungsang.
Motor kami berusaha mendekat ke bangunan tersebut. Memutari pagar halamannya, tampak bangunan tersebut pernah menjadi kebanggaan warga. Begitu memasuki area halamannya, diketahuilah bahwa ia nya sebuah masjid.
Namanya Masjid Al Muhajirin. Dibangun pada masa pertama kali program transmigrasi berlangsung di tahun 1967. Seiring terjadinya pemekaran desa, berkali-kali pula masjid mengalami pemugaran.
Pada tahun 2018, Masjid Al Muhajirin akan direnovasi lebih indah dari sebelumnya. Rencananya masjid akan dibangun dua lantai dengan halaman penuh bunga.
Namun belum juga fondasi diperkuat, telah datang bencana. Gempa bermagnitudo tujuh mengayun bangunan megah tersebut.
Ruang tengah Masjid Al Muhajirin ambruk tertimpa kubahnya sendiri. Itulah kenapa bangunan tampak sungsang dari luar.
Kami menyebutnya “Masjid Berkubah Miring”.
Kubah Al Muhajirin menjadi penyebab masjid tak lagi berfungsi. Perlu kendaraan besar untuk mengangkut kubah dengan berat lebih dari satu ton tersebut.
Setiap hari orang berlalu-lalang melewati masjid kebanggaan mereka tanpa mampu berbuat apa. Hal ini dikarenakan warga desa masih sibuk akan permasalahan masing-masing.
Masjid Al Muhajirin menjadi simbol betapa gempa tanggal 5 Agustus kemarin telah merenggut kehidupan warga; dan harus memulainya dari awal kembali.
Program Musholla Inisiatif :
https://zakatpedia.com/programs/musholla-inisiatif-mudahkan-warga-lombok-beribadah
Leave a Reply