“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
(QS Al-Qashash : 77)
Kebaikan laksana energi, memiliki kekekalan dan dapat berpindah dari satu bagian ke bagian lain di alam.
Kita lihat misalnya, batang kayu yang dibakar api, mendidihkan air lalu mematangkan nasi yang akan dikonsumsi manusia. Dan manusia yang punya tenaga, akan mampu menanam tanaman dan mengurusnya hingga menjadi kayu yang siap untuk digunakan. Ini hal sederhana yang menunjukan siklus yang terus-menerus berputar, dan kadang tak jelas sumber mulainya.
Demikian pula kebaikan. Ia menghampiri seseorang, membuatnya tumbuh dan kuat. Lalu orang ini meneruskan kebaikan berikutnya pada orang lain lagi. Terus dan menerus tiada ujungnya.
Orang-orang yang awalnya menderita dan kesusahan dalam hidup, lalu ditolong seseorang sehingga ia bisa keluar dari lingkaran kesulitan hidupnya. Dipastikan ia tak akan lupa dan pasti berusaha membalas kebaikan tadi bagaimanapun caranya.
Dan bila kebaikan ini suatu saat sampai pada penerimanya yang berjiwa bersih, maka ia akan memiliki bibit kebakan yang bersih pula. Bila di sebuah kesempatan orang ini berpeluang memberikan kebaikan, maka dirinya akan mudah membaginya untuk orang lain.
Orang-orang berjiwa bersih yang mendapat kebaikan, bantuan atau pertolongan dari siapapun, jiwanya pasti akan memiliki janji untuk bisa juga menolong dan membantu orang lain. Entah bagaimana caranya, ia akan berusaha melakukan kebaikan pada orang lain.
Ada perasaan gelisah pada orang-orang baik yang pernah dibantu pihak atau orang lain dalam hidupnya. Ia akan selalu bergetar jiwanya manakala melihat penderitaan dan ketidakberdayaan orang lain. Apalagi kasusnya sama dengan dirinya di masa dahulu.
Perasaan ini tentu saja manusiawi. Ia tumbuh dari kesadaran bahwa ia tak akan menjadi lebih baik ketika tak ditolong ketika masa-masa sulit ia alami. Hal ini pula yang mendorong ada banyak orang menerjunkan dirinya fokus untuk membantu orang lain.
Nama dan lembaga yang membantu kesulitan orang ini cukup beragam sebutannya. Ada lembaga sosial, lembaga kemanusiaan, lembaga zakat hingga lembaga tanpa nama.
Sebutan untuk para aktivis dan penggeraknya pun berbeda-beda. Ada yang disebut relawan, volunter, pekerja sosial, amil hingga orang-orang tanpa sebutan apapun. Dari berbagai nama lembaga dan orang-orangnya, sebenarnya semua bermuara pada satu kenyataan, mereka bekerja membantu orang lain secara sukarela dan tanpa berharap imbalan uang atau apapun untuk mereka.
Mereka berpikir sederhana : membantu sesama, hingga merasakan cukup bagi kebutuhan pokoknya sendiri.
Sejumlah relawan, amil, volunter atau apapun namanya datang di berbagai momen kesulitan hidup manusia. Entah di bencana besar akibat bencana alam, perang, kelaparan akut yang menimpa sebuah komunitas, atau ketika terjadi pandemi Covid-19 seperti saat ini.
Mereka dengan caranya masing-masing bekerja dan membantu sesuai dengan kemampuan dan keahlian mereka. Mereka bukan tak takut virus, tapi mereka lebih tak tega melihat orang-orang menderita karena dampak langsung atau tak langsungnya karena wabah ini. Mereka resah hatinya bila tak membantu apa-apa dan hanya berpangku tangan di rumah masing-masing.
Peran Zakat dalam Menyambung Kebaikan
Zakat adalah instrumen keimanan sekaligus kepedulian. Dengan zakat, urusan pembuktian iman selaras dengan sebuah ikhtiar mewujudkan kesejahteraan bagi kaum dhuafa.
Zakat juga menumbuhkan semangat berbagi. Kemampuan zakat tidak hanya akan mengurangi jumlah mustahik namun juga zakat akan mengubah mindset (pola pikir) masyarakat. Dengan kuatnya spirit zakat, banyak orang akan tidak merasa nyaman ketika diberi. Tapi sebaliknya, semangat yang tumbuh justru senang untuk memberi pada orang lain yang membutuhkan.
Selaras dengan hal ini, ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar, bahwa Rasulullah saw ketika berada di atas mimbar, beliau menuturkan tentang sedekah dan menjaga diri dari meminta.
Rasulullah SAW bersabda, “Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah. Tangan yang di atas adalah yang memberi dan yang di bawah adalah yang meminta.”
Dari hadits di atas, kita tahu bahwa sesungguhnya kemuliaan seseorang itu terletak pada sikap dan kebiasaannya untuk senang memberi atau bersedekah, terutama berzakat.
Zakat yang merupakan kewajiban dalam Islam akan semakin kuat ditunaikan masyarakat dan tentu saja akan bermanfaat bagi pengurangan kemiskinan yang terjadi. Orang-orang yang mampu berzakat, tentu tak senang diberi atau menerima pemberian dari orang lain. Apapun bentuk dan jumlahnya. Hal ini terlebih bila mereka tahu sumbernya merupakan dari infak, sedekah maupun zakat.
Ketika banyak orang bersemangat memberikan yang dia miliki dan berkuasa membantu hajat orang lain, maka spirit ini akan meluas pada banyak orang. Bisa jadi, orang-orang yang “pas-pasan”pun akan lebih memilih bisa ikut berbagi untuk sesama.
Dengan situasi ini, bukan tak mungkin akan terbentuk suasana seperti halnya masa kepemimpinan Umar bin Abdul `Aziz. Pada masa ini, banyak rakyatnya yang enggan menerima zakat. Selain karena kemakmuran yang berhasil ditumbuhkan dari kebaikan zakat, ternyata rakyat pada pada masa Khalifah Umar juga mampu berperan nyata menjadi bagian nyata gerakan kebaikan dan kepedulian pada saat itu.
Adalah sebuah kewajaran jika akhirnya zakat, infak dan sedekah di jaman itu, sungguh-sunggguh mampu mengentaskan kemiskinan. Setiap orang pada masa itu, berlomba-lomba menjadi pribadi yang terus berbagi dan berusaha menjadi muzaki.
Kebaikan dalam Zakat
Zakat mengalirkan kebaikan, dan akan selalu begitu setiap waktunya. Selalu ada kebaikan dalam penunaian zakat. Ada pahala yang mengalir, dan akan ada pula wajah-wajah yang berbahagia ketika menerimanya dari para amil zakat.
Dan bila hal ini dilakukan ratusan, ribuan hingga jutaan orang, maka aliran kebaikannya pun pastilah akan semakin meluas dan berdampak besar bagi kehidupan umat dan bangsa.
Gelombang kebaikan ini pula akan memiliki dampak signifikan bagi kehidupan banyak orang, terlebih orang-orang fakir miskin dan para dhuafa yang selama ini seringkali mengalami kesulitan dalam kehidupannya.
Walau saat ini realita zakat yang dikelola di negeri ini masih belum cukup signifikan (baru tercatat sepuluh persen dari potensi sebesar 217 Trilyun setahun), namun setidaknya masih ada harapan.
Bila ke depan dana zakat semakin dikelola dengan baik, maka zakat ini akan semakin terkumpul dengan maksimal dan jumlahnya bisa semakin meningkat. Memang butuh edukasi terus menerus dari semua pihak, agar tumbuh kesadaran masyarakat untuk berzakat.
Organisasi pengelola zakat juga selain harus terus bekerja keras memberikan pemahaman yang baik pada calon muzaki dan bahkan yang sudah menjadi muzaki, sebaiknya terus pula memperbaiki kinerja lembaganya. Perbaikan ini bukan saja dari harus meningkatnya penghimpunan zakat, namun juga perbaikan dalam pendayagunaan zakatnya.
Pendayagunaan zakat harus mampu menjawab dan menjadi solusi kebutuhan mustahik zakat. Persoalan kemiskinan yang kompleks, harus diurai secara sistematis.
Pendekatan memecah kemiskinan dengan skema bantuan berbasis program akan sangat membantu dan diharapkan bias lebih fokus. Bantuan-bantuan yang ada bisa diwujudkan dalam bentuk program kesehatan, pendidikan, dakwah, sosial serta gabungan dari beberapa sector tadi.
Mereduksi tingkat kemiskinan sendiri cukup beragam alternatifnya. Namun alternatif pendekatan yang bercirikan proyek seringkali bermuara pada kegagalan.
Kemiskinan multidimensi, dan harus ditangani secara holistik. Tidak bisa misalnya orang-orang miskin tiba-tiba diminta berjualan atau berdagang, di saat kebutuhan dasar mereka sendiri masih morat-marit. Harus ada kebijakan yang dilakukan agar ketika si miskin ini diarahkan untuk berbisnis. Urusan kebutuhan dasar seperti makan, minum dan sandang serta tempat tinggal mereka harus tuntas sebelumnya.
Bila persoalan dasar tidak lebih dulu diatasi, situasinya tentu akan melingkar kembali ke belakang, karena kemiskinan akan melahirkan kemiskinan baru. Dan potensi untuk meninggalkan kemiskinan bisa jadi tak akan tercipta bila mana kemampuan mereka tak cukup untuk bangkit dan tumbuh berkembang menjadi muzaki.
Peran Lembaga Zakat IZI
Bagi Inisiatif Zakat Indonesia (IZI), sebagai sebuah Lembaga Zakat (LAZ) tingkat nasional jelas tidak tinggal diam ketika melihat para mustahik menderita. Apalagi ditengah suasana atau era Pandemi seperti saat ini.
Begitu pemerintah mengumumkan adanya yang terdampak Covid-19, IZI segera melakukan kajian mendalam terhadap situasi ini. IZI sadar, selain harus segera memberikan edukasi dan penyadar-tahuan tentang Covid-19 pada muzaki serta mustahik, yang paling penting juga adalah memastkan semua amil IZI memahami dan mengetahui dengan baik, apa itu Covid-19 dan bagaimana melakukan pencegahan terbaik agar terhindar dari virus ini.
IZI secara lembaga berkeyakinan bahwa aset lembaga terpenting sebuah lembaga zakat adalah sumber daya-nya. Dengan begitu IZI sejak awal memastikan bahwa seluruh amil zakat lembaga IZI tahu dan mengerti dengan baik situasi pandemi ini.
Merebaknya wabah ini, sangat berdampak pada mustahik IZI. Selain sektor kesehatan sebagai pion pertahanan, sektor ekonomi juga mengalami guncangan.
Dimulai dari kelangkaan APD, berkurangnya tenaga kesehatan karena gugur tugas, hingga tingginya permintaan perawatan sementara ketersediaan ruangan tidak mencukupi, serta masih banyak lagi.
Banyaknya pegawai yang dirumahkan, menurunnya pendapatan para pekerja harian seperti pedagang kecil pinggiran, tukang becak, ojek daring dan sebagainya adalah tanda bahwa saat ini adalah masa yang sulit dalam pergerakan ekonomi. Kondisi ini semakin akan menyulitkan mustahik yang sebelum krisis ini terjadi sudah masuk kategori fakir dan miskin.
Melihat situasi pandemi, IZI mengeluarkan tiga strategi dalam menghadapi Pandemi Covid-19 ini, yaitu : (1) Informasi, (2) Edukasi, dan (3) Kolaborasi.
Dalam strategi Informasi, IZI melakukan sejumlah aktivitas yaitu : selalu melakukan validasi informasi, menghindari berita bohong (hoaxs) dan melakukan update informasi secara berkala. Ini semua dilakukan dalam rangka memastikan seluruh informasi yang diterima ini adalah informasi dan data yang valid serta terveriifkasi.
IZI juga memastikan tidak akan melakukan atau terlibat dalam menyebarluaskan informasi yang tidak jelas atau dengan sumber yang tidak kredibel.
Selanjutnya, dalam strategi edukasi, IZI melakukan 3 hal sekaligus : Pertama, mengedukasi amil, muzaki, dan mustahik. Kedua, membuat protokol khusus. Ketiga, sosialisasi dan edukasi pencegahan dan kontijensi. Edukasi diperlukan untuk memberi informasi akurat soal Covid-19 ini. Juga agar semua stekholders IZI (muzaki, mustahik dan amil) bisa bertindak dan berperilaku sesuai dengan aturan keselamatan untuk pencegahan penularan virus.
Selanjutnya, mengenai protokol khusus, IZI juga menyusun dan membuatnya. Adapun maksud dan tujuan IZI menyusun dan membuat protokol ini, serta kemudian mensosialisasikannya pada semua pihak adalah : Pertama, IZI bertekad untuk melindungi amil, muzaki & mustahik dari dampak Covid-19. Kedua, menjamin kesinambungan aktifitas kelembagaan IZI (Penghimpunan, Operasional & Pendayagunaan). Ketiga, menunaikan amanah muzaki (donatur) dengan tenang dan terjamin keamanan aktivitasnya. Keempat, memenuhi unsur Ikhtiar secara manusiawi.
Dari sisi Pendayagunaan, IZI bertanggungjawab untuk memastikan seluruh mustahik, baik yang dikelola dalam lingkup program charity, maupun program pemberdayaan. Dari awal tahun 2016 sampai Triwulan pertama tahun 2020, tercatat IZI sudah memberikan bantuan pada 392.212 mustahik di seluruh Indonesia.
Setiap mustahik dan keluarganya bagi IZI adalah pihak yang penting untuk terus diperhatikan dan dipastikan keselamatan dan keamanan-nya. Baik ketika dalam situasi normal, apalagi ditengah Pademi Covid-19 seperti saat ini.
Sebagaimana cita-cita besar IZI, yakni untuk terus menjadi bagian kebaikan umat dan berkontribusi bagi kemudahan hidup mustahik – sesuai kemiripan pelafalan namanya – “Easy” ( mudah ). Tagline yang diusungnya adalah ‘mudah, dimudahkan’ .
Berawal dari keyakinan bahwa jika seseorang memudahkan urusan sesama, maka Allah SWT akan memudahkan urusannya, Insya Allah. Oleh karena itu, IZI bertekad untuk mengedukasi masyarakat, yaitu bahwa zakat itu mudah, membangun sarana pelayanan agar zakat dapat ditunaikan dengan mudah, menyediakan program-program yang efektif yang dapat menghantarkan kehidupan para mustahik agar menjadi lebih mudah.
Inilah parameter utama dalam mengukur kinerja pengabdian IZI bagi masyarakat. Penerjemahan program IZI dari tekad tadi akhirnya dipilih yang simple juga. IZI dalam rentang hamper empat tahun ini konsisten melakukan pengabdian bagi umat dan bangsa ini di lima kelompok program yakni : IZI to Succes, IZI to Smart, IZI to Fit, IZI to Help dan IZI to Iman.
Terkait memastikan seluruh amil dan mustahiknya selamat ini, IZI juga menyusun protokol kerja pendayagunaan untuk pencegahan Covid-19.
Protokol ini berlaku bagi sejumlah program yang dimiliki oleh IZI dibawah payung Direktorat Pendayagunaan. Sejumlah program ini adalah : Program Mulia Inisiatif (Layanan Mustahik, Ambulance & Mobil Jenazah), Rumah Singgah Pasien (Pasien, keluarga & Petugas), Pemberdayaan (Fasilitator, Klinik Bekam, Beasiswa (Pelajar & Mhs), Akademizi, Smartfarm dll), Program Pembinaan Mustahik (Daí & program pembinaan) serta program Bencana & Kampung Zakat (Relawan Kebencanaan, Binaan di kampong zakat dll).
Strategi ketiga IZI adalah melakukan kolaborasi. Wujud nyata IZI dalam kolaborasi ini adalah : Pertama, aktif berkomunikasi dengan muzaki dan berbagai jaringan korporasi dan komunitas lainnya. Kedua, berkolaborasi dalam komunitas gerakan zakat. Ketiga, menyusun kerja bersama dalam mengurangi dampak dan melakukan pencegahan Covid-19.
Kolaborasi bagi IZI dalam ekosistem gerakan zakat di Indonesia ini penting. Bagi IZI ada 2 hal positif, Pertama, memudahkan dan meringakankan pekerjaan, dan Kedua, positioning lembaga. Bagi IZI yang merupakan lembaga zakat baru, adalah sebuah hal penting bisa diterima dan menjadi bagian dari solusi atas problem umat Islam di Indonesia saat ini, termasuk ketika wabah Covid-19 melanda.
Sampai dengan Pertengahan April (1,5 bulan setelah Pandemi Covid-19 berlangsung), IZI telah bekerja keras membantu 25.878 mustahik dalam beragam program atau aktivitas yaitu : melakukan pembagian paket sembako (16.288), pembagian masker medis (1.123), pembagian masker N95 (500), pembagian masker kain (7.800), pembagian hazmat suit (102), pembagian sepatu boots (21), kaca mata google (21), Face shield (12), Handsanitizer (9 paket), dan penyemprotan disinfektan (2 lokasi).
Adapun lokasi-lokasi program atau aktivitas bantuan IZI untuk masyarakat terdampak Covid-19 tersebar di sejumlah kota utama yang berada 17 Propinsi : Bandung (Jawa Barat), Tangerang dan sekitarnya (Banten), Semarang (Jawa Tengah), Yogyakarta dan Sleman (DI Yogyakarta), Surabaya (Jawa Timur), Bandar Lampung (Lampung), Kota Bengkulu (Bengkulu), Padang (Sumatera Barat) Medan (SumateraUtara), Pekanbaru (Riau), Tarakan (Kalimantan Utara), Balikpapan (Kalimantan Timur), Makassar (Sulsel), Palu (Sulteng), Kendari (Sultra) dan Kota Palembang (Sumsel).
Ke depan IZI bersama gerakan zakat Indonesia bertekad akan terus membantu dan mengawal situasi ini. Dalam upaya mempersiapkan kesiapan pangan menghadapi situasi paceklik, ada lima hal yang akan dilakukan IZI bersama gerakan zakat yakni ; Pertama, memastikan mustahik dan keluarganya sehat, bugar, dan tidak terpapar Covid-19, Kedua, melakukan tindakan penyelamatan (ketersediaan) pangan bagi kelompok rentan (mustahik).
Ketiga, mewujudkan kemandirian pangan keluarga (gerakan menanam dan memanfaatkan pekarangan ( urban farming), Keempat, menyiapkan cadangan/stok pangan baik di tingkat keluarga maupun komunitas dengan menghidupkan kembali lumbung-lumbung pangan demi menyikapi kemungkinan kondisi darurat yang lebih lama, Kelima, mengupayakan ketahanan pangan keluarga.
Dalam pandangan IZI, dalam situasi Pandemi Covid-19 saat ini, fase kedaruratan mustahik selain dari sisi kesehatan adalah soal ekonomi keluarga jangka pendek, yakni tersedianya makanan untuk anggota keluarga mustahik.
Mau tidak mau, pilihan program awal pandemi ini akan lebih besar berbentuk charity dalam proporsinya. Secara perlahan, seiring membaiknya situasi, IZI harus merubah secara perlahan proporsi ini. IZI harus berusaha menggeser pola pendistribusian secara konsumtif menjadi bergeser ke arah semi produktif. Bila sudah mulai stabil, program-program yang ada bisa pula ditambah sisi produktifnya.
Diharapkan dengan daya dorong ke arah produktif nantinya bisa meningkatkan spirit dan ruh pemberdayaan bagi mustahik. Kita semua tahu, target penyaluran dan pendayagunaan sendiri tak semuanya harus konsumtif.
Ini tak lain agar zakat nantinya akan tumbuh menjadi pilar pemberdayaan umat untuk menguatkan dan membangkitkan umat agar jauh dan terhindar dari kemiskinan. Akan membanggakan pula bila pada akhirnya zakat bisa berhasil mengubah mustahik menjadi muzzaki, sebagaimana tujuan zakat itu sendiri.
Sebagaimana visi IZI, lembaga ini ingin “menjadi lembaga zakat professional terpercaya yang menginspirasi gerakan kebajikan dan pemberdayaan”. Jelas IZI ingin terus bekerja dan menjadi bagian dari semesta kebaikan bagi umat dan bangsa.
IZI juga dalam salah satu misinya ingin memastikan dan “mendayagunakan dana zakat bagi mustahik dengan prinsip- prinsip kemandirian”. Dengan situasi pandemi Covid-19 seperti saat ini, mustahik zakat harus dipastikan dulu selamat dan sehat sebelum diarahkan pada proses pemberdayaan.
Sebagaimana juga tagline IZI, “Memudahkan, Dimudahkan”, semoga apa yang dilakukan IZI akan seperti “Butterfly effect’’ bagi kebaikan sesama. Sebagaimana kita tahu, istilah ini merujuk pada teori yang dipakai Edward Norton Lorenz yang menyatakan bahwa bila ada perubahan kecil pada satu tempat dalam suatu sistem akan dapat mengakibatkan perbedaan besar di kemudian waktu dan tempat.
Semoga langkah kecil IZI menjadi sayap kupu-kupu kecil yang bisa menggerakan kebaikan untuk membantu orang-orang miskin dari dampak Pandemi Covid-19 saat ini.
Semoga. (Nana Sudiana, Direksi IZI & Sekjend FOZ)
Leave a Reply