Air PAM yang ada di Lombok ini alhamdulillah sudah bagus. Dialirkan saja bisa langsung diminum. Yang mahal, sampah plastik ini,” Uji Perdana, manajer PT. Bina Sejahtera, menjelaskan sambil menunjuk gelas plastik yang dipegangnya.
Sampah memang menjadi masalah di desa Dangiang ini. Pengelolaannya sangat buruk. Hal ini dikarenakan belum adanya tempat pembuangan akhir sampah.
Satu-satunya metode pengelolaan sampah yang diketahui warga hanyalah dengan dibakar.Dikumpulkan, lalu disulut dengan korek gas menjadikan asap mengepul ke segala penjuru. Metode ini justru menimbulkan masalah baru : polusi udara.
Kalaupun ada yang berinisiatif membawanya ke pembuangan akhir, mereka hanyalah pengepul.Memanfaatkan ketidaktahuan warga, para pengepul mengambil keuntungan.
Sampah plastik warga dibeli Rp 2000,- per kilogram, kemudian dijual per kilonya ke PT. Bina Sejahtera senilai tujuh ribu rupiah.
Menyaksikan hal ini, Salimah Mataram bekerjasama Inisiatif Zakat Indonesia mengadakan workshop pengelolaan sampah. Bertempat di Musholla Inisiatif dusun Dangiang Timur, desa Dangiang, Lombok Utara, pemberdayaan perempuan dan ekonomi keluarga dilaksanakan (16/09).
Tema kegiatan mengenai program pengelolaan sampah. Uji Perdana menyampaikan secara detail sampah-sampah itu diberikan harga.
Setiap sampah memiliki klasifikasi yang berbeda-beda. Jika klasifikasi sampah yang dikirim ke PT. Bina Sejahtera adalah campuran, maka harganya pun jadi murah. Memisahkannya sesuai jenis akan lebih menguntungkan.
Beberapa jenis sampah tersebut ada gelas plastik, botol plastik, drum plastik, pippet, kardus, plastik elektronik dan lain sebagainya.
Plastik yang digunakan di televisi dan laptop lebih besar harganya. Sedangkan yang cukup mudah dan termurah adalah gelas plastik berwarna. Bina Sejahtera secara periodik akan menggunakan cara cash and carry sebagai metode pembayaran.
Jika kelompok kerja sudah terbentuk, metode pembayaran dilakukan dalam bentuk program sosial, seperti pendidikan, kesehatan, dan lain-lain.
Leave a Reply