IZI-ers, pernahkah memakai baju kotor dan penuh noda ke luar rumah? Bagaimana rasanya? Dilihat oleh banyak orang dengan pandangan aneh tentulah sangat tidak nyaman dan membuat malu ya… apalagi kalau orang-orang menunjuk ke arah kita karena penampilan kita yang kotor.
Orang-orang yang normal pastilah merasa malu jika penampilannya tidak bersih. Contoh, seorang wanita yang sedang datang bulan, pastilah tidak nyaman jika menemukan noda darah merembes di pakaiannya. Sebisa-bisanya ia akan menutupi bagian yang terkena noda tersebut.
Demikian juga seseorang yang pakaiannya terkena percikan makanan atau minuman berwarna, pastilah berusaha membersihkan noda yang menempel di pakaiannya itu. Tidak nyaman jika dipandangi orang lain karena tampilan yang kotor.
Lalu, bagaimana jika Allah dan para penghuni langit memandang aneh pada diri kita karena kita ke mana-mana memakai ‘harta kotor’? Bukan malu lagi yang harusnya dirasa yaa, melainkan takut luar biasa.
Sadar atau tidak, banyak sekali orang yang seperti ini lho… tidak malu harta yang dimilikinya kotor. Setiap bulan bisa jalan-jalan ke luar negeri, bisa beli rumah dan kendaraan, bisa makan enak di kafe dan restoran ternama, tapi tidak bisa mengeluarkan zakat yang hanya senilai 2,5%, astaghfirullaahal’adzim. Padahal zakat yang nilainya kecil itulah yang bisa membersihkan seluruh harta yang dimiliki, agar harta tak lagi kotor.
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. At-Taubah : 103)
Zakat itu ibarat deterjen yang cuma seujung jari bisa membersihkan noda pakaian yang pekat. Tentunya dengan syarat harta tersebut memang harta yang diperoleh secara halal ya. Kalau sumber hartanya sendiri sudah tidak jelas, atau malah menjurus ke haram… ibarat mencuci kotoran manusia dengan deterjen, kotoran yaa tetap akan jadi kotoran.
‘Jika engkau telah menunaikan zakat hartamu maka engkau telah melaksanakan kewajiban dan barang siapa yang mengumpulkan harta dari jalan yang haram, kemudian dia menyedekahkan harta itu, maka sama sekali dia tidak akan memperoleh pahala, bahkan dosa akan menimpanya’. [HR. Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibbân dalam Shahihnya]
Sangat aneh bukan jika seseorang berusaha mati-matian bayar pajak tahunan dan melaporkannya, padahal besaran nilai pajak sangat besar dibandingkan zakat. Akan tetapi untuk bayaran zakat ia hanya tutup mata saja, pura-pura lupa, pura-pura tidak mengerti. Mengutamakan jalan-jalan traveling keliling dunia dulu, mementingkan baju dan aksesoris branded dan limited edition dulu, urusan zakat tidak dijadikan prioritas utama. Na’udzubillah min dzalik.
Tahukah bahwa azab sangat pedih menanti orang-orang yang tidak menunaikan zakat dari kelebihan harta yang dimilikinya?
Hadist diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dari Ali radiyallahu ‘anhu: “Sesungguhnya Allah mewajibkan (zakat) atas orang-orang kaya dari umat Islam pada harta mereka dengan batas sesuai kecukupan fuqoro di antara mereka. Orang-orang fakir tidak akan kekurangan pada saat mereka lapar atau tidak berbaju kecuali karena ulah orang-orang kaya di antara mereka. Ingatlah bahwa Allah akan menghisab mereka dengan keras dan mengadzab mereka dengan pedih”.
IZI-ers, janganlah menyepelekan pentingnya berzakat. Kalau kamu saja malu pakai baju kotor, masa’ sih gak malu kalau hartamu kotor. Pending dulu deh jalan-jalan ke luar negerinya kalau zakat tahun lalu belum kamu bayarkan. Setelah bayar zakat, baru deh lega menggunakan harta untuk hal-hal yang halal. Setuju? (SH)
Leave a Reply