Bergelut di dunia perzakatan bukan berarti Agung Purnomo tidak mengalami pergolakan jiwa. Bukan tentang pesangon yang harus diterimanya per bulan selaku ‘amil zakat, tetapi bagaimana ia harus berhadapan dengan kondisi lapangan yang berat, dan tuntutan lingkungan kerja.
Pada awal Februari 2008, Agung ditempatkan di bagian Support, yang mana tanggung jawabnya menyusun laporan kegiatan, desain, hingga yang bersifat pemenuhan kebutuhan direktorat tersebut. Berikutnya di tahun 2009, keluar kebijakan meleburnya direktorat tempat ia beraktivitas dengan direktorat Pendayagunaan. Mulai dari situ lah, keinginannya resign muncul.
Niat ikhlas membaktikan diri dengan nilai-nilai kemanusian dan nilai-nilai agama, justru selalu didera cobaan. Hal ini bermula kala pria beranak dua tersebut bekerja di Direktorat Kesehatan PKPU yang bertempat di Jakarta Pusat.
Melalui tim IZI, Agung mengaku seringnya ia mencurahkan niat undur diri selaku ‘amil zakat kepada istrinya. Semenjak dileburnya Medical Heart Care Rescue dengan direktorat Pendayagunaan, beberapa rekannya memilih meninggalkan kantor. Ia juga terbawa suasana kala itu, dan berdiskusi dengan sang istri.
“Beberapa kali mau resign. Tapi kata istri ‘jangan’,” kisahnya.
Sang tambatan hatinya itu mengatakan bahwa ia rela suaminya menjadi ‘amil zakat; yang terkadang tugas ke pulau terpencil seperti kepulauan Natuna hingga berseteru dengan sapi liar di sana. Meski sang istri ikut membantu perekonomian keluarga, ia senang dengan aktivitas Agung yang dekat dengan rukun ibadah Islam tersebut.
Tahun 2010 Agung ditempatkan bersama tim Charity. Tahun 2014, pria tersebut memegang program dakwah. Bahkan, hingga saatnya Inisiatif Zakat Indonesia lahir pada tahun 2015, Agung masih kerasan dengan profesinya selaku ámil zakat.
Kini, staf Pendayagunaan IZI itu memegang tiga program sekaligus; Da’i Penjuru Negeri yang men-support daerah-daerah Tertinggal, Terluar, dan Terdepan di Seluruh Indonesia untuk diberikan pemahaman yang benar tentang Islam.
Program lainnya adalah Kampung Bina Mu’alaf, dan Tahfidz Qurán. Untuk kedua program ini Agung membeberkan hadirnya program Tahfidz-preneur yang diinisiasi IZI.
Tahfidz-preneur merupakan program yang sejatinya khusus bagi anak-anak mu’alaf berusia 18 tahun ke atas. Mereka akan dididik menjadi seorang penghapal Qurán dengan tambahan skill kemampuan bercocok-tanam, mengolah makanan siap saji, serta menjahit, dan mengobras.
Persiapan telah dilakukan di bulan Maret; bangunan asrama telah tersedia di sebuah kawasan Ciranjang. Saatnya beroperasi, 10 peserta didik pertama akan memulai program tersebut.
Pria yang memiliki uban di sela-sela rambutnya itu juga bersaksi bahwa kehidupan keluarganya diliputi keberkahan selama mengabdikan diri di dunia perzakatan. Bukan tentang nilai kekayaan yang ia sebut sebagai bentuk keberkahan. Akan tetapi, kebutuhan keluarga yang semakin membutuhkan mobilisasi akibat banyaknya aktivitas, mulai dari kendaraan roda empat hingga rumah di luar kota.
Leave a Reply