Awan Cumulus menaungi puncak Rinjani. Dari dalam pesawat, kami dapat melihat gunung berapi tertinggi kedua se-Indonesia itu. Sungguh indah.
Perlahan pesawat yang kami tumpangi turun dari ketinggian, lalu menjejak di atas landasan Bandara Internasional milik Lombok.
Lombok kini telah berbenah. Tak tersirat rupa-rupa redupnya semangat pasca gempa besar melanda. Di wajah para penduduknya, di gedung-gedung hotel sepanjang Senggigi, ataupun di kerlip lampu gili-gili bagian utara Lombok.
Yang mereka butuhkan hanyalah support. Semangat hidup takkan lama menyala jika tanpa bantuan dari saudaranya yang lain. Pada hakikatnya, manusia memang tak dapat hidup tanpa bantuan manusia lainnya.
Menyusuri Senggigi Raya – Tanjung Raya – hingga Bayan, bangunan berangsur-angsur menyusut ketinggiannya. Mulai dari gedung megah bertingkat, tenda-tenda sementara, sampai hanya puing-puing sisa.
Beranjak ke atas; desa Dangiang, Kec. Kayangan, Lombok Utara, rumah-rumah hunian sementara mulai bermunculan. Sebagian besarnya berwarna merah manggis. Sekilas kami melihat seorang pria bersarung memasuki rumahnya yang dialiri listrik PLN.
Betapa beruntungnya kepala keluarga tersebut; dan betapa bahagia pula kami karena ikut berkontribusi memberikan hidup yang layak bagi warga desa. Melalui donasi yang diberikan para dermawan, keluarga itu dapat berteduh, beratap, dan bertembok, sehingga dapat istirahat bersama keluarga, dan menjalin silahturahim bersama kerabat.
Seandainya seluruh warga desa menerima manfaat yang sama, tentu menjadi suatu kebahagiaan tersendiri yang terkira.
Namun kenyataannya, masih ada keluarga yang tinggal di beruga-beruga (saung – red) sederhana miliknya. Beruga tersebut dibangun dari sisa-sisa bangunan hasil guncangan gempa.
Begitupun, ada juga yang berusaha membangun kediaman mereka layaknya bedeng-bedeng pinggir jalan. Meski beratap terpal, warga-warga itu tetap semangat mencari nafkah keluarganya.
Warga Lombok tengah menanti musim penghujan yang akan segera hadir pada tahun ini. Seandainya dimulai, kemungkinan penyakit akan berdatangan. Warga pun berkejaran waktu antara membangun hunian layak tinggal dengan musim hujan yang segera datang.
Kebutuhan dasar (sandang, pangan, papan), serta mencari ladang nafkah adalah dua hal utama bagi warga Lombok pasca bencana.
Setelah melewati fase tanggap darurat, kini saatnya warga Lombok membangun kembali kehidupannya dari titik nol; dengan merajut kepedulian bersama.
Dzul Ikhsan
Leave a Reply