Muzakki memiliki kaitan erat dengan zakat. Sebagaimana ibadah lainnya, zakat memiliki keistimewaan ekslusif dan kemuliaan yang tak kalah utamanya.
Seperti apa keutamaan seorang muzakki, dan seperti apa penjelasan seseorang yang disebut muzakki itu? Berikut Biro Kepatuhan Syariah Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) memberi keterangan lebih lanjut.
Pengertian Muzakki
Seseorang yang sudah wajib menunaikan zakat disebut sebagai Muzakki (مُزَكِّي) atau Wajib Zakat. Kata “Muzakki” dalam Bahasa Arab adalah bentuk subyek (fa’il) dari akar kata zakkaa – yuzakkiy (زَكَّى – يُزَكِّي).
Wajib zakat ditetapkan berdasarkan standar minumum kekayaan yang wajib dizakati yang dikenal dengan nama nishab. Harta seorang muslim yang sudah mencapai nishab wajib dikeluarkan zakatnya. Jika belum maka tidak ada kewajiban zakat pada harta tersebut. (Oni Sahroni et al, 2018: 147)
Dalam Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah (23/231), disebutkan kriteria muzaki yang disepakati oleh para ulama, antara lain: Muslim, Baligh, Berakal, Mengetahui kewajiban zakat, Mempunyai harta yang telah mencapai nishab, Harta yang akan dikeluarkan zakatnya telah memenuhi syarat, dan Mampu melaksanakan zakat.
Syaikh Yusuf Al-Qardhawi (2006: 1/141) menjelaskan syarat-syarat harta yang wajib dikeluarkan zakatnya setelah mencapai nishab, yaitu : Milik penuh bagi muzaki, Berkembang, Lebih dari kebutuhan pokok, Bebas dari hutang, Berlalu haul 1 tahun untuk beberapa jenis harta.
Keistimewaan Muzakki
Seorang muzakki yang telah menunaikan kewajiban zakatnya berhak mendapatkan keistimewaan yang tidak diraih dengan amal ibadah lain. Kaum muslimin pada umumnya mengenal shalawat itu diperuntukkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, Nabiyullah Ibrahim AS, dan para keluarga beserta sahabat mereka. Selain kepada orang-orang mulia tersebut, seorang muzaki juga berhak mendapatkan shalawat secara khusus yang diucapkan oleh amil.
Imam Bukhari (1497) meriwayatkan dari Abdullah bin Abi Aufa RA ia berkata, ‘Rasulullah SAW ketika ada orang yang datang membayar zakat beliau bersabda, ‘Allahumma Shalli ‘Alaihim.’ Ayahku kemudian mendatangi beliau – membayar zakat – lalu beliau bersabda, ‘Allahumma Shalli ‘Ala Ali Abi Aufa’”.
Selain shalawat tersebut, amil juga berkewajiban untuk mendoakan muzaki ketika menerima titipan amanah dari muzaki. Hal itu berdasarkan perintah Allah SWT dalam surah At-Taubah: 103:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Imam Nawawi (n d: 6/169) menjelaskan bahwa tidak ada lafaz doa khusus yang dibaca oleh amil untuk muzaki. Boleh dengan bacaan atau lafaz apa saja. Hanya saja, doa yang paling disukai oleh Imam Syafii adalah sebagai berikut:
آجَرَكَ اللَّهُ فِيمَا أَعْطَيْتَ وَجَعَلَهُ لَكَ طَهُورًا وبارك لك فيما ابقيت
“Semoga Allah memberikan pahala kepadamu pada barang yang engkau berikan (zakatkan) dan semoga Allah memberkahimu dalam harta-harta yang masih engkau sisakan dan semoga pula menjadikannya sebagai pembersih (dosa) bagimu”
‘Muzaki’ bukan sekedar kata yang menunjukkan status sosial seseorang, melainkan juga gelar yang memberikan kemuliaan bagi orang yang memilikinya di sisi Allah SWT dan Rasul-Nya.
Allahu A’lam. Semoga Allah SWT memudahkan kita sebagai kaum muslimin untuk menunaikan ibadah zakat, sehingga kita mendapatkan gelar kemuliaan sebagai Hamba-Nya, baik di dunia maupun di akhirat. (BKS IZI)
Leave a Reply