Sebuah upacara Ngurisan diadakan di kediaman Muhammad Kadri. Ia mengundang seluruh relawan posko IZI dusun Dangiang Timur, desa Dangiang, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara, datang pada malam ba’da Magriban kemarin (28/10).
Ngurisan tidak jauh beda dengan akikah yang diajarkan Baginda Rasulullah Saw. Pak Kadri memiliki anak lelaki bernama Muhamad Abbid Arrayan Pranaja. Maka dari itu, ia memotong dua ekor kambing untuk dibagikan kepada warga.
Di malam tersebut, halaman rumah pegawai honorer pajak daerah kabupaten Lombok Utara itu dipenuhi warga dusun. Saking banyaknya, Pak Kadri harus menyediakan dua terpal besar demi mengakomodir kehadiran mereka.
Upacara dipimpin oleh penghulu dusun; Ngurisan dimulai dengan sholawatan, dan diikuti bersama tamu undangan.
Berikutnya, seluruh tamu Ngurisan berdiri dengan masih mengucapkan sholawat. Pada bagian ini lebih dikenal dengan Serakalan; di mana, sang bayi melewati prosesi pemberkatan.
Pak Kadri pun keluar dari dapurnya yang berdinding triplek. Sambil menggendong bayinya yang baru berumur sebulan lebih, pria itu berjalan memutari barisan undangan.
Tamu undangan membasuh lembut ubun-ubun bayi Pak Kadri dengan air kembang. Beberapa dari mereka menggunting sejumput rambut Muhamad Abbid Arrayan Pranaja. Setelah pemberkatan oleh seluruh warga selesai, kami semua duduk kembali di tempat semula.
Doa-doa dipanjatkan. Berharap bahwasanya Allah SWT memberikan keberkahan, keselamatan, dan rezeki melimpah bagi sang penerus Pak Kadri kelak.
Sejatinya, Ngurisan diadakan saat bayi berumur harian. Sebulan lebih adalah waktu yang dianggap warga Lombok sedemikian telat.
“Tapi sikon (situasi-kondisi) tidak memungkinkan,” jelas Pak Yunus, salah satu warga dusun Dangiang bijak.
Gempa berkekuatan magnitudo 7 meluluhlantakkan kediaman Pak Kadri sebelumnya. Ketika putra keduanya lahir, hunian sementara dari donatur IZI baru saja dibangun.
Suami Lina Sopiana itu memerlukan waktu beberapa saat untuk mendekorasi serta menambah fungsi Huntara-nya hingga layak huni. Begitu segala sesuatunya terpenuhi, Pak Kadri pun siap mengadakan Ngurisan bagi putranya.
Upacara Ngurisan diakhiri dengan makan bersama. Sebuah kearifan sosial yang diturunkan dari para pendahulu. Berkat kepedulian sesama anak bangsa, kekayaan budaya Lombok itu tetap terjaga.
Penulis: Dzul Ikhsan
Editor: Ricky IZI Pusat
Leave a Reply