Banyak orang yang berniat baik saja tidak bisa, padahal segala amalan tergantung pada niatnya. Bahkan sekalipun tidak dilakukan, jika sudah pernah terlintas dalam hati… Maka sudah pasti Allah akan mengganjar kebaikan apa yang sudah diniatkannya itu.
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, mkaa hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Lalu, apa yang membuat kita sulit memikirkan niat baik? Misalnya, niatkanlah jika memiliki rumah besar, akan memelihara anak yatim dalam rumah tersebut. Niatkan juga untuk mengeluarkan zakat sebesar seratus juta Rupiah setiap tahunnya misalkan, agar semangat dalam mencari penghasilan halal.
Allah begitu baik, ketika seorang hamba memiliki niat baik, Allah akan langsung memberikan pahala kebaikan meskipun niat tersebut belum dilaksanakannya. Sementara orang yang berniat buruk tidak akan dinilai sebagai keburukan selama niat buruk tersebut tidak dilakukannya.
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menulis semua kebaikan dan keburukan. Barangsiapa berkeinginan berbuat kebaikan, lalu dia tidak melakukannya, Allah Azza wa Jalla menulis di sisi-Nya pahala satu kebaikan sempurna untuknya. Jika dia berkeinginan berbuat kebaikan, lalu dia melakukannya, Allah menulis pahala sepuluh kebaikan sampai 700 kali, sampai berkali lipat banyaknya. Barangsiapa berkeinginan berbuat keburukan, lalu dia tidak melakukannya, Allah Azza wa Jalla menulis di sisi-Nya pahala satu kebaikan sempurĺna untuknya. Jika dia berkeinginan berbuat keburukan, lalu dia melakukannya, Allah Azza wa Jalla menulis satu keburukan saja.” (HR. Bukhari)
Coba bayangkan seandainya setiap niat buruk yang terbesit di dalam hati langsung Allah catat sebagai keburukan, bukankah buku amalan kita akan dipenuhi dengan catatan keburukan? Namun karena Allah Maha Baik, hanya niat baiklah yang langsung dicatat sebagai amal kebaikan, tidak dengan amal keburukan.
Dari hadits di atas tentunya kita dapat semakin memahami bahwa kedudukan niat dalam beribadah atau melakukan amalan apapun menjadi sangat penting. Sebab Allah akan melihat hati seseorang dibandingkan yang lainnya.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk kamu dan harta kamu, tetapi Dia melihat hati kamu dan amal kamu.” (HR. Muslim)
Jadi coba kita lihat kembali, selama ini sudahkah kita membiasakan berniat sebelum melakukan sesuatu hanya untuk Allah semata? Jika sudah, coba kita juga memperbaiki agar membiasakan untuk berniat baik. Meskipun mungkin kita tengah tersakiti oleh orang lain, jangan niatkan keburukan bagi orang tersebut. (SH/RI)
Leave a Reply