Penyakit Hiposdadia yang diderita Adnan menyebabkannya tak mampu buang air kecil secara normal. Hiposdadia sendiri adalah penyakit bawaan yang relatif jarang terjadi di mana pembukaan pada alat kelamin berada di bagian bawah organ.
Akibat hal yang diderita semenjak masih kecil tersebut, bagian tubuh Adnan dimasuki selang, serta dirinya harus membawa kantong urinal kemana-mana.
Meski Adnan memiliki salah satu penyakit langka di bagian kelamin, semangatnya untuk beraktivitas sangat luar biasa. Menanggung penyakit bawaan tidak menjadi penghalang bagi Adnan untuk sembuh.
Hal itu merujuk kepada giatnya Adnan melaksanakan shalat lima waktu berjamaah ataupun sendiri. Bahkan dia tak pernah meninggalkan shalat meski selang dan kantong urinal menempel selalu di tubuhnya.
“Adnan ini anaknya semangat mas. Dia ingin katanya sekolah dan beraktifitas seperti anak-anak yang lain, tanpa harus bawa selang yang dibuat untuk kencing ini mas,” kata orang tuanya sambil berkaca-kaca.
Orang tuanya juga melanjurkan kalau Adnan tak pernah mengeluh selama menjalani pengobatan. Kesabarannya tersebut menjadikannya lebih dewasa dari umurnya saat ini yang memasuki 11 tahun.
“Sekolahnya biasa masuk seperti biasa mas, tapi kalau sedang sakit dia tidak masuk sehingga banyak pelajaran yang Adnan tinggal,” aku orang tuanya.
Awal Perawatan Adnan Sebagai Penyintas Hiposdadia
Menurutnya, pengobatan awalnya di Jember RSUD dr. Soebandi tahun 2018 yakni proses pembuatan saluran kencing.
Setiap dua minnggu sekali kontrol ke dr. Soebandi Jember. Namun sampai saat ini sebelum dirujuk ke Surabaya.
“Akan tetapi di akhiri 2018 jalan kencing yang dibuat kemarin mengecil, sehingga terpaksa dirujuk ke Surabaya RSUD dr. Soetomo,” lanjut kedua orangtua Adnan.
Orang tua Adnan kewalahan karena di Surabaya tidak ada kenalan. Bahkan untuk berangkat saja ia menjual kambing peliharaan, “pekerjaan saya yang serabutan sebagai buruh tani, hanya dibayar Rp 35.000 sehari mas.”
Melalui Dinas Sosial Kota Jember, Jawa Timur, mereka mendapatkan informasi keberadaan Inisiatif Zakat Indonesia. Mereka mengaku bahwa saat itu, keduanya membutuhkan biaya transportasi menuju Surabaya.
“Alhamdulillah, sama pihak Dinsos kita dikenalkan kepada relawan Rumah Singgah Pasien IZI Jawa Timur mas. Sampai sekarang, kita bisa menginap di RSP ini,” jelasnya.
Kedua orang tua Adnan bersyukur dan berterima kasih kepada donatur IZI serta YBM PLN yang memberikan fasilitas lengkap selama tinggal di Surabaya. Mulai dari tempat tinggal yang nyaman hingga antar jemput secara gratis didapatkan mereka.
“Bahkan lebih nyaman dari rumah saya, dan kita juga dapat makan 3 kali sehari secara gratis dan juga diantar jemput ke rumah sakit tanpa membayar sepeserpun. Semoga semua donatur IZI dan YBM PLN tambah barokah rezekinya dan dimudahkan dalam mencapai apa yang diinginkan,” kata orang tua Adnan penuh syukur.(RSP/IZI Jatim)
Leave a Reply