LAMPUNG – Kemas Abdul Wahid, pria paruh baya berusia 61 tahun ini merupakan seorang pedagang kerupuk keliling yang biasa berjualan di daerah Rajabasa, Kota Bandar Lampung.

Pak Kemas biasa keliling berjualan dengan berjalan kaki dari rumahnya di Pemanggilan Natar, Bandar Lampung sampai sekitaran Rajabasa. Berjualan dari pagi sampai dengan tengah hari bolong bukanlah pekerjaan yang setara dengan usianya. Namun tanggung jawab sebagai kepala keluarga tidak menyurutkan langkahnya untuk mencari nafkah.
Pak Kemas dikarunia 3 orang anak, salah satu anak sulungnya yang bernama Fauzan, kerap menemaninya berjualan. “Anak saya ini harusnya sudah SMP, tapi karena daya tangkapnya kurang, sekarang dia masih kelas 4 SD. Ini juga saya ajak jualan karena sekolahnya masuk siang”, jelas Pak Kemas.
Sudah lebih dari 3 tahun ia berjualan kerupuk keliling dengan berjalan kaki. Sebelumnya ia berjualan empek-empek di sekitaran lingkungan Kampus Polinela. Sekali berjualan Pak Kemas bisa membawa 60-70 bungkus kerupuk dengan harga perbungkusnya 5.000 rupiah.
Kerupuk yang dijajakannya bukan kerupuk buatan sendiri, Pak Kemas mengambil dari orang lain. Perbungkusnya Pak Kemas bisa mengambil untung 1.000-1.500 rupiah, tergantung jenis kerupuk yang dijualnya.
“Namanya juga jualan, kadang terjual habis, kadang masih tersisa beberapa bungkus. Bisanya kalau tidak habis saya kembalikan pada pembuatnya,” tambah Pak Kemas.
Seringnya melintas dan mampir ke kantor IZI untuk menawarkan jualannya, membuat tim IZI perwakilan Lampung mengenal dekat Pak Kemas. Ia juga turut menjadi penerima manfaat beberapa program IZI. Semangat dan kegigihannya dalam mencari rezeki, memberikan pelajaran berharga kepada siapaun yang melihatnya. (Adriansyah/ IZI Lampung/ Editor: Fajri)
Leave a Reply