Wanita tua di pinggiran blok perumahan itu sesekali menyeka keringat di dahinya. Selama seharian penuh ia berjalan dari blok satu ke blok lainnya membersihkan tumpukan botol bekas minuman dan barang yang tak terpakai.
Saptiah, namanya. Wanita itu menyusun satu per satu botol bekas yang dipungutnya, lalu membersihkannya, dan memasukkan barang-barang tersebut ke karung.
Hidup selalu membawa kepada takdir yang tidak diduga-duga. Saptiah bahkan tidak menyangka jalan hidupnya membawanya tinggal bersama tumpukan barang bekas, dengan bangunan berlantai tanah yang dibagi menjadi tiga ruang sempit.
Wanita kelahiran tahun 1955 itu ikhlas dengan takdir yang dijalaninya kini. Raut wajahnya tampak tegar menjawab semua pertanyaannya saat Tim IZI bertamu di kediamannya, di RT. 01/10, Cikampek, Karawang, Jawa Barat.
Tak ada barang mahal di gubuk itu, yang ada hanyalah tumpukan barang bekas yang siap diolah menjadi uang. Untuk bertahan hidup, beliau hanya menjadi pemulung di tengah kota.
Setiap hari, Saptia berjalan ke setiap sudut keramaian kota. Ia memungut barang bekas untuk ditimbang untuk dibelikan beras. Jika masih ada sisa, ia sisihkan untuk keperluan-keperluan mendadak.
Diakuinya, hasil memulung itu juga untuk memenuhi kebutuhan keempat cucunya, “Kadang seminggu dapet 75 ribu rupiah. Kadang juga 80 ribu rupiah,” terangnya sambil menatap suaminya yang sedang sakit.
Melalui Program Mulia Inisiatif , Tim IZI menyalurkan donasi untuk wanita yang biasa dipanggil Mak isah itu. Ia lalu menerima uluran tangan para donatur IZI dengan tetesan air mata.
“Terima kasih.. Terima kasih.. Semoga Alloh membalas kebaikan para donatur dan karyawan IZI semua,” ujar Saptia berulang-ulang kali.
Leave a Reply