Laki-laki itu baru saja dilantik menjadi pemimpin umat Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pada bulan Saffar tahun 99 H di kota Damaskus. Ia seorang keturunan keluarga terhormat yang mempersunting seorang putri dari khalifah Daulah Abbasyiah bernama Abdul Malik bin Marwan. Putri khalifah tersebut bernama Fatimah binti Abdul. Dilihat dari materi, keduanya adalah pasangan yang bergelimangan harta. Tentunya, harta akan membantu keduanya tatkala masa awal pernikahan mereka yang masih berusia jagung. Dan kisah keduanya merupakan potret pasangan ideal dan romantis. Dan tahukah siapa laki-laki tersebut? Adalah Umar bin Abdul Aziz.
Beberapa waktu kemudian, Sulaiman bin Abdul Malik (kakak Fatimah) menunjuk Umar bin Abdul Aziz untuk menggantikannya sebagai khalifah. Perhelatan pelantikan pun dilaksanakan selama 3 hari. Selama proses pelantikan tersebut, Umar bin Abdul Aziz banyak merenung sehingga ia mengambil keputusan yang membuat mata melongo penuh pertanyaan terlebih dimata istrinya.
“Fatimah, isteriku…! Bukankah engkau telah tahu apa yang menimpaku? Beban yang teramat dipikulkan kepundakku, menjadi nakhoda bahtera yang dipenuhi, ditumpangi oleh umat Muhammad Shallallahu ‘alahi Wassalam. Tugas ini benar-benar menyita waktuku hingga hakku terhadapmu akan terabaikan, aku khawatir kelak engkau akan meninggalkanku apabila aku akan menjalani hidupku yang baru, padahal aku tidak ingin berpisah denganmu hingga ajal menjemputku.”
“Lalu, apa yang akan engkau lakukan sekarang?” tanya Fatimah.
“Fatimah…! Engkau tahu bukan, bahwa semua harta, fasilitas yang ada di tangan kita berasal dari umat Islam, aku ingin mengembalikan harta tersebut ke Baitul Maal, tanpa tersisa sedikitpun kecuali sebidang tanah yang kubeli dari hasil gajiku sebagai pegawai. Di sebidang tanah itu kelak akan kita bangun tempat berteduh kita dan aku hidup dari sebidang tanah tersebut, maka jika engkau tidak sanggup dan tidak sabar terhadap rencana perjalanan hidupku yang akan penuh kekurangan dan penderitaan maka berterus-teranglah, dan sebaiknya engkau kembali keorangtuamu!” jawab Umar bin Abdul Aziz.
Sebagai istri yang taat, Fatimah pun menjawab, “Suamiku…! Lakukanlah yang menjadi keinginanmu dan aku akan setia di sisimu baik di kala susah atau senang hingga maut memisahkan kita.” (susi)
Leave a Reply