Marisa Sintia (17 Tahun), seorang warga Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi, telah didiagnosis menderita Lupus sejak usia 10 Tahun. Gejala awalnya meliputi demam tinggi yang tidak kunjung reda dan munculnya bercak merah di tubuhnya, yang awalnya diduga sebagai penyakit campak oleh dokter spesialis anak.
Setelah berbulan-bulan menjalani pengobatan tanpa hasil, bercak merah tersebut semakin membesar dan menebal, bahkan timbul bercak-biru pada kukunya. Akhirnya, Marisa dibawa ke seorang dokter spesialis kulit yang kemudian menduga bahwa Marisa mungkin menderita Lupus, dan ia dirujuk ke rumah sakit daerah sebelum akhirnya dirujuk ke RSUP M. Djamil.
Selama menjalani perawatan jalan di Padang, Marisa dan ibunya tidur di teras masjid. Mereka menghadapi cuaca dingin pada malam hari, sementara di siang hari terik matahari membuat mereka kepanasan, dan bahkan terkena hujan saat sedang turun hujan. Pada tahun 2016, belum ada rumah singgah yang tersedia, dan mereka tidak mampu menyewa rumah karena ayah Marisa hanya bekerja sebagai buruh panen di perkebunan kelapa sawit, pendapatannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.
“Tidur di teras masjid sepanjang malam membuat kami tidak pernah merasa tenang. Selain khawatir akan adanya tindakan kejahatan yang mungkin mengintai, serangan dan bisingnya nyamuk juga sering mengganggu tidur kami. Padahal, Marisa seharusnya mendapatkan istirahat yang cukup, tidak boleh kelelahan, dan harus menghindari langsung terkena sinar matahari, karena hal-hal tersebut dapat memperburuk penyakitnya yang merupakan penyakit autoimun.”
“Alhamdulillah, kini kami tinggal di rumah singgah pasien IZI Sumbar, di mana kebutuhan makanan, tempat tinggal, dan transportasi tidak lagi menjadi perhatian kami, karena semuanya telah disediakan di sini. Tidak hanya itu, kami juga mendapatkan berbagai kegiatan yang meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kami. Suasana kekeluargaan di sini begitu kuat, dan kami juga menerima pembinaan keislaman serta edukasi kesehatan. Kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada IZI dan semua donatur atas kebaikan mereka, karena berkat mereka, kami dapat melanjutkan pengobatan dengan aman dan nyaman, tanpa harus khawatir tentang biaya makan selama berobat di kota Padang. Semoga rumah singgah pasien IZI semakin berkembang dengan dukungan donatur yang berlimpah, agar hati mereka terus terbuka untuk memberikan sumbangan ke sini.” Ungkap Mama Marisa (Haryawanis, 52 Tahun).
Leave a Reply