Zauhri adalah seorang pengusaha cilok yang tinggal di Dusun Dangiang Timur, Desa Dangiang, Kecamatan Kayangan. Ia memiliki beberapa anggota tim. Namun dikarena sedang membangun hunian sementara dari IZI, pengusaha tersebut belum mampu menggerakkan para pegawainya.
Sebagai seorang pengusaha, Zauhri cukup kreatif memberikan sedikit modifikasi pada desain asli Rumah Inisiatif IZI tersebut. Pintunya dari sisa reruntuhan rumahnya. Namun tampak berkelas bersama goresan dual warna cat.
Zauhri sebenarnya ingin menjual puing-puing bangunan rumahnya yang menumpuk banyak itu kepada penadah.
“Paling dapatnya 10 dam truk. Satu dam-nya dua ratus ribu rupiah. Di kali sepuluh jadi 2 juta,” ia mengkalkulasi.
Uang sebesar itu memang belum cukup untuk memulai pembangunan rumah keluarga mereka pasca gempa. Pria yang kehilangan istrinya saat bencana besar itu terjadi merasa bersyukur atas kehadiran IZI di desanya.
“Syukur IZI datang membantu dengan rumah ini. Saya tidak perlu terlalu khawatir mencarikan rumah bagi anak-anak saya,” begitu pengakuannya.
Di tengah-tengah obrolan sore tim IZI dengan Zauhri, sempat juga dibahas gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah. Ia memahami betapa beratnya menghadapi masa-masa sulit pasca bencana.
“Aih, bagaimana itu ya? Gempa juga. Tsunami juga. Belum lagi penjarahan,” pria dengan 4 anak itu berusaha membayangkan.
Meski sama-sama korban bencana, ia tidak membanding-bandingkan bencana yang terjadi di Lombok dengan ibukota Sulawesi Tengah itu. Karena, apapun bencana yang dihadapi, sama juga besar kehilangannya.
Sebagai seorang muslim, Zauhri juga sangat senang seandainya korban di Sulawesi Tengah datang mengungsi di dusunnya.
“Seandainya warga korban di Palu datang mengungsi atau tinggal di sini, saya terima dengan tangan terbuka. Saya akan senang sekali menerimanya,” dengan polos ia berujar.
Pria itu juga berharap kepada pemerintah agar penanganan bencana sebesar itu tak selambat di dusun Dangiang Timur, Lombok Utara ini. Korban jiwa telah jatuh ribuan, rumah dan bangunan habis luluh lantak, serta banyak barang yang dijarah.
Mengedepankan kerja urusi warga terdampak gempa lebih prioritas ketimbang mengumbar janji-janji yang tak kunjung datang. Demikian, pikirnya bijak.
Penulis: Dzul Ikhsan
Editor: Ricky IZI Pusat
Leave a Reply