Rumah Singgah Pasien (RSP) Inisiatif Zakat Indonesia – Yayasan Baitul Maal (YBM PLN) Sumatera Utara (Sumut) selain memberikan pendampingan keagamaan dan pendampingan kesehatan, kali ini Tim RSP mengadakan pendampingan pelatihan keterampilan bercocok tanam Hidroponik kepada para pasien dan pendamping.
Tanpa menganggu aktivitas berobat jalan pasien, dengan semangatnya pasien pelatihan pun di gelar menjelang sore hari. Kegiatan pelatihan hidroponik tersebut di pandu langsung oleh tim ahli tanaman dan pengusaha tanaman hidroponik yakni, Wilda Syafrianty beserta rekan-rekan tim ahli hidroponik lainnya.
Sebelum di mulainya praktek dengan modul, Wilda beserta tim memperkenalkan terlebih dahulu apa itu hidroponik, manfaat atau keuntungan menanam secara hidroponik kemudian mengajarkan penghuni RSP apa yang harus diperhatikan sebelum memulai bagaimana memulainya serta bagaimana menyemai benihnya hingga cara pembuatan dan pemberian nutrisi.
“Hidroponik adalah media bercocok tanam tanpa menggunakan tanah dan menghindari penggunan peptisida yang membahayakan bagi tubuh. Ini menjawab masalah yang dihadapi saat ini dan masa mendatang, dimana tanah pertanian semakin berkurang, dan jawaban bagi kita orang-orang dikota yang ingin bercocok tanam tapi minim lahan. Tenaga yang kita keluarkan tidak banyak, karena tidak perlu mengolah lahan/tanah, cocok untuk mengisi waktu luang dengan sesuatu yang bermanfaat, menghasilkan sayuran yang sehat terutama untuk para pasien disini,” ujar Wilda di RSP YBM PLN-IZI Sumut, pada Rabu (10/10).
Suasana pelatihan berlangsung sangat kondusif dan antusias, tampak pemaparan yang di berikan tim ahli hidroponik langsung diserbu dengan tanya-jawab dari para penghuni RSP. Setelah pemaparan, Mba Wilda membimbing penghuni RSP dalam mempraktekkan langsung cara pembenihan bibit hingga penyemaian.
Agar jalannya praktek terlihat lebih seru, tim ahli membagi penghuni RSP kedalam 4 kelompok benih bibit yang berbeda. Satu kelompok terdiri dari 5 orang. Kelompok pertama, membenih dan menyemai bibit sawi pakcoi, kelompok kedua dengan bibit sawi manis, kelompok ketiga dengan bibit bayam batik dan kelompok keempat dengan bibit sawi samhong. Semua benih yang masih disebut sebagai “baby” ini kemudian di letakkan ke dalam mampan yang di simpan di tempat teduh hingga menunggu hari ke 8 untuk di tanam di dalam modul.
“Masa panen setiap sayur itu berbeda-beda, contohnya kangkung, sawi manis bisa panen dalam waktu 35-40 hari. Beda lagi dengan panennya bayam batik dan sayuran lain, sma hal nya seperti manusia untuk tumbuh subur dan sehat jangn lupa untuk memberikan benih nutrisi yang cukup agar hasil panen terlihat segar,” kata koko ewin, salah satu pengusaha sayur hidroponik sukses di Berastagi.
Pelatihan di kesempatan kali ini membuat banyak pasien dan pendamping tertarik untuk mempraktekkannya langsung di daerah kampun mereka masing-masing. Contohnya Pak Haris Marpaung, yang berprofesi sebagai nelayan, pasien asal Sei Sembilang Kab. Asahan ini berniat dan berencana untuk membuat modul dan penerapan metode hidroponik ini di rumahnya, apalagi keterbatasan fisiknya yang tidak sanggup lagi untuk berlayar menangkap ikan di laut. Beliau berencana dengan lebih mensederhanakan alat dan bahan tanpa mengurangi konsep cara pembenihan dan penyemaian sesuai yang diajarkan tim ahli hidroponik.
“Semoga kegiatan ini menjadi kegiatan yang terus bermanfaat untuk semua penghuni RSP serta rencana yang mereka niatkan di kampung halamannya masing-masing bisa terimplementasi langsung hingga menjadi peluang usaha yang lebih produktif dalam memberikan kesejahteraan dan kesehatan keluarga mereka masing-masing.” pungkas tim RSP.
Penulis: Windi IZI Sumut
Editor: Ricky IZI Pusat
Leave a Reply