SULSEL – Rasa takut yang terlalu lama bermukim di dalam diri Hami (62 thn), hingga akhirnya ia terpaksa dikalahkan oleh luka abses kanker payudara yang kini menggerogotinya.
Berawal dari 9 bulan bulan yang lalu, ketika pertama kali benjolan sebesar telur ayam dirasakan dan berusaha diabaikan karena takut berobat secara medis. Setelah 3 bulan berlalu, Hami harus menahan sakit akibat luka abses di payudaranya. Ikhtiar yang dilakukan dengan pengobatan tradisional selama kurang lebih 6 bulan tidak membuahkan hasil apa-apa, hingga akhirnya Hami harus ditangani tim medis.
Hami sempat mendapatkan perawatan intensif di RSUD. Lamadukelleng, Kab. Wajo, Sulsel selama 2 minggu. Selain itu, ia juga harus menjalani prosedur biopsi sebelum akhirnya dirujuk untuk melakukan kemoterapi di RS. Wahidin Sudirohusodo, Kota Makassar, setelah hasil biopsi menunjukkan adanya sel kanker yang berkembang di payudara kirinya.
Kini genap satu bulan Hami dan anaknya, Idris (31 thn), menjalani pengobatan di Kota Makassar. Idris berprofesi sebagai petani setelah pulang dari Malaysia sebagai TKI dengan sang Ibu. Idris menuturkan suka dukanya menemani ibunya berobat, mulai dari membujuk sang Ibu untuk berobat ke dokter hingga harus merepotkan seorang kawan untuk menumpang hidup di rumah kos selama kurang lebih satu bulan.
Hami dan Idris kini sedang menanti jadwal kemoterapi ke-2. Walaupun menurut orang lain, penanganan medis yang dilakukan dinilai terlambat, namun menurutnya, tidak ada ikhtiar yang terlambat. Apapun hasil ikhtiarnya, biar Allah yang menentukan.
Idris mendapatkan informasi terkait Rumah Singgah Pasien (RSP) dari seorang pegawai di RS. Wahidin. Setelah merasakan tinggal di RSP, Hami dan Idris pun turut berterima kasih kepada Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) dan Yayasan Baitul Mal (YBM) PLN yang telah menyediakan fasilitas RSP. “Alhamdulillah, manfaatnya sangat dapat dirasakan, sangat berbeda dibandingkan ketika menumpang hidup di kos-kosan kawan,” ujar Idris. (Arwin/IZI Sulsel/Editor: Fajri).
Leave a Reply