JAWA TENGAH – Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 3 jam menggunakan kereta api, Tim IZI perwakilan Jawa Tengah pun sampai di kediaman Nuryanto (46 tahun), salah satu pasien RSP IZI Jawa Tengah yang dirujuk ke RSUP dr. Kariadi Semarang beberapa waktu lalu.
Nuryanto harus pulang sementara ke daerah asalnya, Brebes karena masih menunggu antrian untuk operasi. Ia adalah salah satu pasien yang harus dirujuk dari Brebes ke Semarang karena menderita penyakit hernia nukleus pulposus (HNP) atau yang lazim di kenal sebagai penyakit Saraf Kejepit.
Sakitnya terbilang cukup memprihatinkan karena sudah berlangsung belasan tahun dan tak kunjung sembuh. Meski sudah beberapa kali menjalani operasi dan pengobatan alternatif sekalipun belum ada hasil yang memuaskan. Nyeri di sekitar area leher, punggung, kaki, serta otot-otot persendian masih terus dirasakannya.
Sejak kepulangannya ke Brebes, kondisi tubuhnya kian menurun. Ia tidak mampu untuk berdiri dan jalan. Kondisinya kian diperparah dengan tidak adanya dana yang mendukung kesembuhan beliau. Jangankan hanya sekedar membeli obat diapotik, untuk kebutuhan sehari-hari keluarganya saja sudah sangat minim.
Pria 40 tahun ini dulunya bekerja sebagai tukang kuli bangunan, kini karena sakit yang dideritanya ia sudah tidak mampu lagi menjadi tulang punggung keluarga bagi istri dan ketiga anaknya yang masih kecil-kecil. Terpaksa, Darti (36 tahun) sang istri pun yang harus membanting tulang demi menghidupi keluarga kecilnya. Ia rela bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART) di salah satu perumahan yang lokasinya cukup jauh dari rumahnya.
Menitipkan anaknya ke rumah tetangga dan mengayuh sepeda dari rumah ke lokasi di mana ia bekerja setiap dua hari sekali adalah kondisi yang harus ia lakoni demi mengais rejeki. Upah sebesar Rp 40.000/ hari yang ia dapatkan hanya mampu digunakan untuk makan sehari-hari dan membiayai salah seorang anaknya yang duduk dibangku SMP. Dengan kondisi yang serba pas-pasan tersebut, Nuryanto tidak tega untuk membebani Darti membelikan obat-obatan baginya.
Kedatangan Tim RSP IZI pun sontak membuat kaget Nuryanto yang sedang berbaring di tempat tidurnya. Kesempatan tersebut pun dimanfaatkan Nuryanto untuk menceritakan banyak hal, termasuk saat masa-masa sulit yang harus ia lalui sekarang ini .
Ia mengaku seringkali kesulitan untuk mencari pinjaman untuk beli obat. “Termasuk keluarga sekalipun, karena mereka juga harus menanggung biaya hidup keluarganya masing-masing. Obat di apotek untuk penyakit saya ini pun cukup mahal, jadi saya ndak mampu beli, terpaksa hanya bisa saya tahan”, curhat Nuryanto.
Program Proteksi Keluarga Mustahik yang digalakkan oleh Tim IZI Jawa Tengah menjadi jawaban atas doa-doa yang senantisa dipanjakan Nuryanto setiap selesai salat. Melalui program ini IZI memberikan bantuan berupa dana tunai untuk membantu meringankan beban hidup Nuryanto dan keluarga kecilnya, terlebih untuk membelinya obat.
Tak lupa ucap syukur dan terima kasih yang terus dihaturkan kepada segenap karyawan IZI dan donatur yang telah membantu mereka. “Saya hanya bisa membalas kebaikan-kebaikan pihak IZI dengan ucapan terima kasih dan doa ya mbak, semoga Allah membalasnya dengan kebaikan yang berlimpah keberkahan,” ucap Nuryanto dengan mata berkaca-kaca. (Wahyu Asmorowati/ RSP IZI Jateng/ Editor: Fajri)
Leave a Reply