Syiar agama tak harus selalu berbentuk ritual. Bisa juga syiar dalam bentuk gotong royong dengan zakat. Demikian, perspektif yang dibangun ketua Masjid (RSCM) Asy-Syifa, Prof. Dr. dr. Ismail Hadiesoebroto Dilogo, SpOT(K) yang menanggapi dampak wabah Covid-19.
Kehadiran wabah virus corona mengakibatkan banyak hal. Hadirnya himbauan social dan physical distancing guna memutus rantai persebaran Covid-19 merupakan salah satunya. Kondisi ini berakibat sunyinya aktivitas ibadah di masjid perkantoran Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Sebagai penanggung jawab masjid Asy-Syifa, Prof. Ismail dengan berat hati meniadakan rutinitas masjidnya tersebut. Namun, mahaguru di bidang ortopedi itu juga tak ingin syiar agama hilang begitu saja. Maka ia mencari bentuk syiar lain yang solutif di tengah kondisi pandemi seperti ini.
“Asy-Syifa punya visi menjadi masjid yang mandiri, menghidupi, dan menginspirasi jamaah-nya. Maksud dari ‘menginspirasi jamaah’ adalah tanpa diperintah, mereka tergerak bergotong royong membantu penanggulangan wabah Covid-19, dan dampak daripadanya,” terang prof. Ismail.
Covid-19 bukan hanya membawa masalah dari segi kesehatan saja, tapi juga masalah sosio-ekonomi. Banyak pekerja informal merasakan penurunan omzet pendapatan. Maka dari itu, Masjid (RSCM) Asy-Syifa membuka diri atas donasi pihak luar demi membantu tim medis RSCM serta kaum dhuafa di sekitarnya.
Untuk tujuan yang sama, manajemen masjid Asy-Syifa juga mengefektifkan kemitraannya bersama lembaga zakat, salah satunya Inisiatif Zakat Indonesia.
Pada April lalu (13/4), sejumlah paket lengkap alat pelindung diri tersalurkan kepada Masjid (RSCM) Asy-Syifa. Paket yang terdiri dari pakaian hazmat, safety-goggle, masker kain, masker N-95, rubber-gloves merupakan donasi ZIS Lintasarta dan Inisiatif Zakat Indonesia untuk para tenaga medis RSCM yang khusus menangani kasus positif Covid-19.
Lanjut kemudian di hari berikutnya (17/4), Inisiatif Zakat Indonesia kembali menyalurkan paket suplemen kepada tenaga medis RSCM. Rangkaian aksi bersama tersebut bagian dari kampanye Gotong Royong Atasi Pandemi Covid-19.
“Masjid itu kan koneksinya ke hal-hal ritual. Dengan adanya kondisi sekarang ini dapat juga meningkatkan iman dan spiritual kita melalui empati kepada saudara sendiri yang kesulitan. Hal itu bisa menjadi ibadah, yang nilainya mungkin lebih besar atau sama dengan ibadah ritual biasanya,” terang Prof. Ismail kembali.
Ketua DKM Masjid (RSCM) Asy-Syifa itu juga menjelaskan bahwa donasi yang masuk ke manajemen masjid sudah berlangsung dalam lima tahap, dan akan terus berlanjut. Setiap tahapan bernilai lebih dari 50 juta rupiah, termasuk donasi yang dibawa IZI kemarin.
“Kita juga punya program quotes terkait syiar agama dan sosial-kemanusiaan yang dilakukan tiap harinya. Kita ingin seluruh jamaah jaga iman dan jaga immune,” lanjut dokter spesialis ortopedi tersebut.
Paradigma-nya adalah ibadah ritual seperti tarawih, sholat berjamaah dan lainnya yang senantiasa dilaksanakan di masjid tidak lagi afdhol dilakukan sementara waktu. Islam telah memberi kemudahan bagi umatnya melaksanakan ibadah di tengah situasi pandemi.
“Harapannya, dengan menghindari kerumunan di saat wabah terjadi, peningkatan kasus positif Covid-19 tidak lagi eksponensial (meningkat berkali lipat). Saatnya ibadah ritual di masjid bergeser sementara waktu dengan syiar kemanusiaan, gotong royong dengan zakat,” tutup Prof. Ismail kepada Tim IZI. (ED)
Leave a Reply