Nikmat tak biasa dirasakan Ngamarun (33) ketika tinggal di Rumah Singgah Pasien IZI Yogyakarta. Tiap kali ada pedagang lewat, dipanggilnya anak-anak sekitar yang bermain di halaman RSP. Diajaknya makan, dan dirinya begitu asik melihat kegembiraan anak-anak itu melahap traktirannya.
“Saya kenyang dengan cukup melihat mereka makan,” ujar Ngamaru kepada fasilitator RSP IZI Yogyakarta.
Ngamarun adalah pasien penderita Ameloblastik Fibroma. Rahang bawahnya (regio posterior mandibular) mengalami pembengkakan akibat tumbuhnya sel tumor di bagian rongga mulut. Satu-satunya tulang tengkorak yang dapat bergerak miliknya tersebut telah diangkat melalui proses operasi pada tahun 2018 lalu.
Akibat tak lagi memiliki rahang bawah, pria kelahiran 1987 itu tidak dapat makan layaknya orang normal. Pasca-operasi, ia tidak dapat makan selama 2 (dua) hari berturut-turut. “Nikmat sehat itu ternyata luar biasa,” tuturnya.
Mengajak orang lain makan menjadi kebiasaannya semenjak itu. Sebuah nikmat tak biasa, meski dirinya mengaku selalu berkekurangan. Ngamarun seringkali terlihat menyisihkan rezeki kepada orang lain agar ia ikut merasakan kenyang.
Berawal sebagai Perokok Aktif
Salah satu warga RT.003/04, Desa Kramat, Kec. Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah itu sejatinya memiliki sifat pantang menyerah. Pada kisaran umur 20 tahun, ia berkeliling kampung berjualan bakso. Profesinya itu dijalani hingga dua tahun lamanya.
Kesempatan hidup lebih baik didapatnya ketika mendapat izin ke Malaysia sebagai tenaga kerja asing. Di tahun 2010 Ngamarun berimigrasi dan menetap selama 7 (tujuh) tahun di sana.
Sebelumnya, Ngamarun merupakan perokok aktif. “Setiap hari bisa sampai dua bungkus rokok,” jawabnya dengan jujur.
Ia juga mengaku banyak dari kenalan hingga keluarganya yang mencoba mengingatkan bahaya dari rokok. Namun seringkali dirinya menanggapi secara emosi.
Hingga pada Agustus 2017 Ngamarun mulai memeriksakan diri ke Puskesmas setempat. Lanjut kemudian dengan biopsi di salah satu rumah sakit daerah di Banyumas, Jawa Tengah. 2018 lalu dimulainya pengangkatan rahang bawah pada tengkoraknya itu.
Sepanjang 2018, Ngamarun menjalani kemoterapi. Alhamdulillah, kondisinya mulai membaik dan diberikan jadwal kontrol kesehatan per tiga bulan sekali ke rumah sakit di Yogyakarta.
Selama menjalani pengobatan, Ngamarun belajar memperbaiki sikap. “Ngomong kita harus dijaga. Harus belajar dengarkan kata orang. Ucapkan hal-hal yang baik, dan berprasangka baik kepada orang,” jelasnya kepada kontributor IZI. (ed)
Leave a Reply