Ibu Supini (62th), diusia senjanya saat ini beliau masih harus berjuang memikirkan kesembuhan anaknya Andi Mulyono (21 th) yang mengidap penyakit saraf. Permasalahan kesehatan yang dialami oleh pendatang di Papua sebagian besar ialah penyakit malaria. Fasilitas kesehatan yang jauh dari kata layak serta akses jalan dan transportasi yang sulit pun dapat menjadi faktor banyaknya pasien yang mengidap malaria berakibat fatal. Penyebab Andi mengidap penyakit saraf juga berawal dari Malaria.
Riwayat Andi terserang malaria sejak balita hingga berumur 12 tahun kurang lebih sebanyak 10 kali, gejala yang dialami Andi yakni panas tinggi dan kejang, dampak yang ditimbulkan dari malaria tersebut melemahnya sistem saraf di tubuh Andi. Hal ini mulai diketahui oleh bu Supini sejak Andi berumur 12 tahun, cara berjalannya sudah tidak lagi normal “Sejak umur 12 tahun itu jalannya mulai oleng, dan dari situ dia dibully sama teman-teman SD nya, kata temannya kamu mabok ya? kok jalanmu selalu oleng gitu?.” tutur bu Supini. Kerap mendapatkan bullyan dari teman temannya, Andi sadar bahwa dirinya berbeda. Mendapati sang anak seringkali bersedih, bu Supini bertekad mencari tau apa penyebab anaknya mengalami hal yang demikian.
Setelah berkonsultasi dengan dokter yang ada di RSAL Manokwari, dokter menjelaskan bahwa Andi terserang permasalahan saraf dan harus menjalani observasi lanjutan yang telah dijadwalkan. Sepulang dari rumah sakit, Andi meminum obat saraf yang diberi oleh dokter, tak berselang lama Andi mengalami panas tinggi dan kejang. Bu Supini ketakutan dan bingung mengapa setelah minum obat menjadi semakin parah. Bu Supini kembali membawa andi ke RSAL Manokwari dan ternyata Andi dinyatakan terkena covid dan harus menjalani masa isolasi selama 15 hari.
Setelah masa isolasi selesai, walaupun kondisi Andi belum stabil alhamdulillah Andi di perbolehkan pulang, sesampainya di rumah bu Supini kaget mendapati suaminya sakit, ternyata selama bu Supini mendampingi andi isolasi, ayah Andi telah 3 hari mengalami sakit lambung. Satu Minggu kemudian, ayah Andi berpulang ke rahmatullah. “Saya mandi airmata itu sejak Andi terkena covid ditambah lagi bapaknya meninggal, cobaan saya gak ada habisnya, setelah bapaknya meninggal, Andi juga berhenti berobat karena saya masih stres rasanya” ungkap bu Supini.
“Setelah saya fikir lagi, yang saya punya saat ini hanya Andi, kalau saya tiba tiba di panggil Allah bagaimana dengan andi ini, siapa yang mengurus dia, saya harus mendampingi Andi berobat, itu yang menjadi titik balik saya semangat kembali untuk berjuang mencari kesembuhan Andi” tutur bu Supini. Andi dirujuk ke RSUD dr Soetomo, Surabaya. Bu Supini membulatkan tekad untuk berangkat ke Jawa dengan berbekal uang tabungan selama bertani, berjualan gorengan, serta uang bantuan yang diberikan oleh tetangga.
Sesampainya di Surabaya bu Supini tinggal di kos harian depan rumah sakit. “Sampai surabaya itu mbak saya bingung harus tinggal dimana, sebelum tau rumah singgah ini saya ngekos di depan rumah sakit, seharinya 75 ribu, belum transportnya, karena Andi nggak bisa jalan saya naik becak pulang perginya 40 ribu, sedangkan bekal uang yang saya bawa sangat terbatas, alhamdulillah Allah berikan saya jalan bisa ketemu rumah singgah RSP IZI-YBM PLN, kesedihan saya sudah banyak sekali berkurangnya, saya bersyukur sudah Allah pertemukan dengan orang-orang baik yang tinggal di rumah singgah ini” ungkap bu Supini.
Saat ini andi sedang menunggu hasil MRI untuk diobservasi lebih lanjut tindakan medis apa saja yang bisa diberikan untuk kesembuhan Andi.
Leave a Reply