Yogyakarta – Di usia 18 tahun, seharusnya Nita tengah sibuk mempersiapkan ujian kelulusannya. Namun, takdir berkata lain. Gadis asal Flores ini, berjuang melawan penyakitnya yaitu batu empedu dan kanker ginjal yang hingga sekarang telah menyebar ke organ vital lainnya yaitu hati. Salah seorang dokter yang menanganinya berkata bahwa penyakit ini adalah penyakit yang langka ditemukan pada pasien semuda ini. Pada bulan Desember 2024 lalu, Nita pertama kali merasakan sakit yang ia kira hanya sakit biasa. Dia mengatakan bahwa dia selalu merasa pusing, akhirnya dia mengadu kepada orang tuanya karena pusingnya sudah berlebihan, dia juga merasa sangat lemas sehingga aktivitasnya terganggu. Sebelumnya dia pernah menderita penyakit TBC, tepatnya di tahun 2022. Namun, pada saat itu, Nita sudah mengikuti program obat 9 bulan, dan setelah itu akhirnya sembuh. Dikarenakan khawatir akan terjadi sakit seperti tahun sebelumnya, maka keluarganya memutuskan untuk membawa ke Rumah Sakit.
Saat pemeriksaan awal, Nita didiagnosis mengidap penyakit batu empedu. Namun, setelah periksa dan mengkonsumsi obatnya, Nita merasa jika sakitnya belum berkurang dan terasa tidak ada bedanya dengan yang dirasakan pada saat sebelum periksa. Akhirnya mereka membawa Nita ke Rumah Sakit lagi, tetapi sama saja belum ada diagnosa penyakit lain. Setelah itu dia kembali melakukan pemeriksaan yang ke tiga kalinya, dan pada saat itulah Nita dan keluarga harus menerima kenyataan pahit. Nita terdiagnosis mengidap kanker ginjal dan kanker itu sudah menyebar ke sebagian organ hatinya. Orang tua Nita merupakan seorang petani padi di Flores. Di sana sangat jarang terjadi hujan, sehingga mereka hanya menemui panen selama setahun sekali. Mereka tentunya tidak bisa jika hanya mengandalkan hasil panen, karena panen bukanlah kepastian bagi mereka. Saat ladang tak menghasilkan, mereka bekerja serabutan sebagai buruh kasar. Biasanya si Ibu menganyam tikar yang terbuat dari daun pandan kering dengan upah hanya Rp50.000 untuk tiga hari kerja.

Biaya pengobatan adalah beban yang terasa mustahil mereka tanggung. Namun, bantuan datang dari para dermawan di Flores. Salah satu media di Flores mengadakan penggalangan dana yang akhirnya dapat membantu Nita untuk berangkat ke Yogyakarta dan menjalani pengobatan. Bersama ibunya dan seorang pamannya, Nita tinggal di Rumah Singgah Pasien IZI, tempat yang menjadi penyelamat bagi mereka di kota yang jauh dari kampung halaman. Di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta, Dokter menyarankan Nita untuk operasi pengangkatan ginjal. Tapi kabar buruknya, operasi itu belum tentu menyembuhkannya. Dengan pertimbangan panjang dan hati yang berat, keluarga memilih untuk kembali ke Flores dan menjalani pengobatan tradisional.
Meski begitu, keberadaan Rumah Singgah Pasien (RSP) IZI telah memberi kemudahan di tengah kesulitan yang mereka alami. Mereka tak perlu mengkhawatirkan biaya makan, transportasi ke rumah sakit, dan tempat tinggal selama pengobatan. Rumah singgah ini bukan sekadar tempat berteduh, tapi juga harapan bagi keluarga-keluarga yang tengah berjuang seperti mereka. Tim RSP IZI Yogyakarta mewawancarai Nita dan keluarga pada hari Rabu (12/3/25), Nita dan keluarga menyampaikan banyak terima kasih kepada IZI dan juga para donatur yang telah membantu. Harapan mereka, “Mudah-mudahan Rumah singgah ini selalu ada dan selalu dilancarkan untuk selalu bermanfaat bagi banyak orang.” tutur Nita.
Bantu kami menjaga harapan itu tetap menyala. Dengan berdonasi, Anda ikut meringankan beban mereka yang tengah berjuang. Setiap rupiah yang Anda sisihkan bisa menjadi alasan seseorang untuk tetap bertahan. Mari bersama-sama menjadi bagian dari kebaikan ini.
Leave a Reply