Tanah Datar – Fitra (21), seorang pemuda asal Mentawai, memeluk Islam pada Desember 2024. Kini, ia menetap di sebuah pondok sederhana di Kayu Tanduak, Nagari Aia Angek, Kabupaten Tanah Datar. Pondok tersebut berdiri di atas lahan pertanian milik juragannya dan menjadi tempat tinggal bagi Bang Fitra, tiga saudara kandungnya, serta dua orang temannya yang juga mualaf.

Kehidupan mereka sangat sederhana. Pondok yang mereka tinggali berdinding triplek, berlantaikan tanah, tidak memiliki WC, dan hanya dilengkapi peralatan dapur seadanya. Untuk membangun pondok itu, Fitra bahkan harus berutang sebesar Rp4.600.000 di toko bangunan. Meski demikian, tempat ini cukup menjadi tempat berteduh bagi enam orang yang sedang memperjuangkan hidup dan keimanan mereka.
Setiap hari, Fitra bekerja sebagai buruh tani di ladang dengan penghasilan sekitar Rp100.000 per hari. Uang itu tidak hanya digunakan untuk kebutuhan hidup di perantauan, tetapi juga dikirimkan kepada orang tua dan adik-adiknya di Mentawai. Sang juragan meminjamkan lahan pertanian agar bisa mereka garap secara mandiri, namun mereka belum memiliki modal yang cukup. Untuk sementara, Fitra dan rekan-rekannya tetap menjadi buruh harian sembari menabung untuk mengelola lahan tersebut secara mandiri.

Pada Selasa (22/4/25), Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) Sumatera Barat hadir di Kayu Tanduak, Aia Angek, Tanah Datar. IZI menyalurkan bantuan berupa sembako, perlengkapan salat, serta modal usaha kepada para mualaf. Tak hanya itu, IZI juga memberikan pembinaan keislaman sebagai bentuk kepedulian terhadap saudara seiman yang baru mengenal Islam. Pembinaan ini dipandu langsung oleh Ustadz Devid dan Ustadzah Tasya, staf pengajar di Rumah Tahfizh Inspirasi sebuah program unggulan IZI yang memang memiliki fokus khusus dalam pendampingan keislaman bagi para mualaf, termasuk mereka yang berasal dari latar belakang rentan atau tinggal di daerah terpencil. Rumah Tahfizh Inspirasi tidak hanya menjadi tempat pendidikan tahfizh, tetapi juga pusat pembinaan spiritual, pembelajaran dasar-dasar Islam, serta penguatan aqidah dan ibadah bagi para mualaf.
Ustadz Devid menjelaskan bahwa pembinaan akan dilakukan secara rutin tiga kali dalam sebulan. Materi yang diajarkan mencakup tata cara wudu, salat, dan membaca Al-Qur’an. Dalam kesempatan itu, IZI juga membagikan sarung, sajadah, buku tuntunan salat, dan Iqra untuk digunakan dalam beribadah. Selain bimbingan spiritual, IZI turut memperhatikan aspek ekonomi para mualaf. Bantuan modal diberikan untuk mendukung mereka mulai mengelola lahan pertanian secara mandiri, serta sembako guna mencukupi kebutuhan harian. Ke depan, IZI akan terus memantau perkembangan para mualaf, baik dari sisi ibadah maupun kemandirian ekonomi, agar mereka bisa tumbuh menjadi muslim yang kuat dan berdaya.
Leave a Reply