Semarang (21/7/25) – Usianya yang baru menginjak 4 tahun, Suhaila Hana—atau yang akrab disapa Hana—sudah harus menjalani perjuangan panjang melawan penyakit langka yang dideritanya, histiositosis. Senyumnya yang tulus dan semangatnya yang tak pernah padam menjadi sumber kekuatan bagi kedua orang tuanya dalam mendampingi setiap ikhtiar kesembuhan. Perjalanan panjang Hana dimulai sejak masa ia disapih. Ia sering menangis tanpa sebab jelas, hingga ditemukan benjolan kecil seperti sariawan di langit-langit mulutnya. Awalnya, dokter umum dan dokter gigi menyangka hanya radang biasa, namun gejala panas yang berulang tak kunjung reda meski telah berganti-ganti pengobatan.
Dua bulan berlalu, benjolan itu tak juga hilang, bau mulut semakin parah, dan panas tinggi kembali datang. Hana sempat dirawat di RS Brebes selama seminggu, dokter mulai curiga akan penyakit langka, tetapi karena mendekati Idul Fitri, pengobatan sempat terhenti. Setelah lebaran, Hana dibawa ke dokter spesialis di Tegal dan kembali dirawat. Saat panasnya tidak juga turun meski sudah mendapat antibiotik dosis maksimal, Hana disarankan untuk CT scan, yang akhirnya menunjukkan sebagian pipi kirinya sudah keropos, hingga Hana dirujuk ke RSUP Kariadi Semarang.

Di Kariadi, Hana sempat dijadwalkan biopsi dua bulan kemudian, namun kondisinya drop seminggu sebelum jadwal, dengan panas tinggi dan pembengkakan mulut hingga tidak bisa makan. Hana akhirnya dirawat di IGD dengan selang hidung untuk asupan susu sebagai pengganti makanan. Setelah kondisi stabil, berbagai pemeriksaan ulang dilakukan hingga akhirnya biopsi dilakukan dengan pengambilan dari benjolan dan pencabutan empat giginya, serta pengambilan sampel dari kelenjar leher.
Setelah masa pemulihan dan menunggu hasil, biopsi dari benjolan tersebut gagal menunjukkan hasil pasti, sedangkan hasil dari kelenjar leher menunjukkan jinak. Dokter pun menyarankan biopsi ulang dengan pengambilan sampel langsung dari pipi Hana, yang dilakukan pada 17 Agustus. Setelah penantian, hasil menunjukkan adanya indikasi keganasan, hingga akhirnya Hana dipindahkan ke penanganan dokter onkologi anak untuk menentukan langkah kemoterapi.
Di tengah semua ujian ini, Hana tetap tersenyum dan berusaha kuat meski tubuhnya kecil dan rentan. Senyumnya menjadi pengingat bagi kita semua tentang arti kesabaran dan keikhlasan dalam menghadapi ujian. Semoga setiap ikhtiar dan doa yang mengiringi Hana menjadi jalan Allah untuk menghadirkan kesembuhan dan kekuatan bagi Hana serta keluarganya.
Leave a Reply