Bandung – Sarip Hidayat (51), berasal dari Cianjur. Bersama istrinya, Ida, mereka menjalani hari-hari yang dulu tampak biasa—sederhana namun penuh kerja keras. Sarip adalah seorang pekerja bangunan, pekerjaan yang menuntut fisik dan ketahanan. Sehari-hari ia menjalani rutinitas berat sambil ditemani rokok dan kopi, dua kebiasaan yang sudah melekat sejak lama. Pada Agustus 2024, keluhan kecil mulai muncul: tenggorokan terasa sakit, suara serak. Ia hanya mengira itu radang biasa. Obat warung dan istirahat cukup membuatnya merasa baikan. Namun di balik itu, tubuhnya tengah memberi sinyal penting.

November 2024, rasa sakit itu datang lagi, kali ini lebih kuat. Saat memeriksakan diri ke THT, ditemukan benjolan di tenggorokannya. Namun karena merasa belum terlalu parah, pengobatan intensif belum dilakukan. Hanya obat penenang gejala, belum ada tindakan medis lanjutan. Maret 2025 menjadi titik balik. Sarip mengalami batuk berdarah, sesak napas, dan telinga berdengung. Ia dilarikan ke RSUD Sayang, Cianjur. Di sana, dokter segera mengambil tindakan penyelamatan: sebuah alat bantu napas harus dipasang langsung di lehernya. Sejak saat itu, Sarip hanya bisa bernapas melalui alat tersebut.
Dokter menyampaikan dengan jujur bahwa penyebab utama dari kanker laring yang dialaminya adalah kebiasaan merokok jangka panjang, kurangnya asupan air, serta pola hidup yang tidak sehat. Lingkungan kerja dan rutinitas yang keras membuatnya terbiasa mengandalkan kopi dan rokok sebagai “teman kerja”, tanpa menyadari bahwa itu perlahan-lahan merusak tubuhnya dari dalam.

Kini, Sarip dan Ida menjalani hari-hari berat dengan penuh keteguhan hati. Proses pengobatan masih panjang. Meski tubuh lemah dan suara tak lagi bisa lantang, semangat mereka tetap kuat. Rumah singgah menjadi tempat penuh harapan—memberi kenyamanan, tempat istirahat, dan dukungan emosional yang sangat mereka butuhkan dalam masa pengobatan ini.
“Kalau bisa kembali ke masa lalu, saya ingin berhenti merokok sejak dulu,” ucap Sarip melalui tulisan, karena kini ia tak bisa lagi bersuara. Pesan mereka sederhana namun dalam: “Berhentilah merokok. Jangan tunggu sampai tubuh tidak sanggup lagi bicara”. Perjuangan mereka belum selesai. Sarip dan Ida terus melangkah, satu hari demi satu hari, dengan tekad untuk sembuh dan menjadi inspirasi bagi banyak orang. Bahwa hidup sehat adalah pilihan, dan setiap langkah kecil untuk menjaga diri bisa membuat perbedaan besar di masa depan.
Leave a Reply