Semarang – Hidup kadang membawa seseorang pada jalan yang tak terduga. Demikianlah kisah Bambang (43), seorang pasien asal Kabupaten Tegal yang kini tengah berjuang melawan kanker nasofaring. Penyakit ini memaksanya menjalani trakeostomi—pembuatan lubang pada leher untuk membantu pernapasan—setelah sebelumnya mengalami muntah darah hebat hingga tak sadarkan diri. Saat pertama kali dibawa ke rumah sakit, kadar hemoglobin (HB) Bambang hanya 3,8, kondisi yang membuat dokter terkejut.

Gejala awal yang ia rasakan tampak sederhana, hanya suara yang terdengar bindeng seperti orang pilek. Namun, lambat laun kondisi itu semakin parah hingga akhirnya diketahui ada kanker nasofaring yang menggerogoti tubuhnya. Meski begitu, ujian berat ini justru menjadi titik balik dalam perjalanan hidupnya. Masa muda Bambang dihabiskan pada kerasnya lingkungan Terminal Pulogadung, Jakarta. Ia pernah menjadi pedagang asongan, tukang semir sepatu, hingga terjerumus dalam perbuatan yang menurutnya penuh dosa—halal maupun haram, semua pernah ia jalani. Namun, hidup keras itu perlahan berubah ketika Allah mempertemukannya dengan seorang perempuan shalihah, yakni istrinya, Elia, yang setia mendampingi hingga kini.
Melalui sakit yang ia derita, Bambang mengaku Allah menyadarkannya. Kini ia berusaha memperbaiki diri dengan memperkuat ibadah, menjaga shalat lima waktu, dan berusaha mendekat pada Al-Qur’an. “Saya menyesal dengan masa lalu, tapi alhamdulillah Allah masih memberi kesempatan untuk berubah dan masih memberi saya istri yang sabar mendampingi,” ungkap Bambang dengan penuh haru.

Saat ini, Bambang menempati Rumah Singgah Pasien (RSP) IZI Jawa Tengah selama menjalani pengobatan kemoterapi di Semarang. Ia merasa terbantu dengan adanya fasilitas ini. “Alhamdulillah, keberadaan rumah singgah ini meringankan beban kami. Terima kasih kepada IZI dan para donatur yang sudah menyediakan tempat tinggal ini. Semoga Allah membalas kebaikan dan melapangkan rezeki para donatur yang membantu kami,” ucap Bambang.
Kisah Bambang menjadi pengingat bahwa setiap ujian yang datang selalu menyimpan hikmah. Dari jalan hidup yang penuh liku, Allah masih memberikan kesempatan untuk hijrah, bertaubat, dan menemukan rasa syukur. Kehadiran donatur pun menjadi perpanjangan tangan kebaikan, memberi ruang bagi pasien seperti Bambang untuk beristirahat dengan tenang di tengah perjuangan pengobatan.
[RSP IZI Jateng]
Leave a Reply