Cuaca dingin sehabis Subuh membawa kenangan kala gempa 5 Agustus 2018 kemarin. Adalah Sirojudin yang membawa kembali ingatan itu pada kultum ba’da Subuh kali ini.
“Kita boleh kehilangan harta karena bencana gempa. Tapi kita tidak boleh berputus asa dari Rahmat Allah,” begitulah kira-kira terjemahan bahasa Lombok yang dibawanya.
Tema kultum dari tokoh Dusun Dangiang Timur ini sebenarnya mengenai bencana Gempa dan Tsunami di Palu. Sirojudin berharap warga dusun dapat mengambil pelajaran daripadanya.
Sirojudin juga berharap warga Dusun membangun kepedulian untuk saudara-saudaranya di kota Palu, Sulawesi Tengah. Karena ikatan iman Islam dan persaudaraan merupakan sesuatu tak terpisahkan.
100 persen populasi dusun Dangiang Timur, Desa Dangiang, Lombok Utara adalah Muslim. Meski gempa sempat mendera dan meluluhlantakkan harta dan nyawa, Alhamdulillah, mereka masih tetap berdiri pada pondasi keimanan.
Slogan warga terpampang di Jalan Lengkukun. Slogan yang menggugah nurani tim IZI, “rumah kami boleh hancur, namun iman tak boleh luntur.”
Subhanallah.
Di tengah lambatnya pemulihan bencana Lombok, masih memikirkan Keislaman mereka beserta anak-anaknya. Karakter mereka terpuji. Kami juga merasakan bahwa mereka lah yang menghibur para relawan, alih-alih sebaliknya.
Ada sebuah timbal balik yang harmonis. Sebagai seorang muslim, mereka menghargai peran kami, para relawan. Mereka juga tak ingin terlalu membebani kami. Karakter ini yang lolos dari mata lensa media nasional, sekaligus tudingan negatif sebagian netizen yang menganggap warga Lombok sebagai pemalas.
Kini, di subuh yang dingin, warga dusun kembali bertafakur. Nikmat yang mereka dapatkan, meski sedikit, harus disyukuri.
“Sholat lima waktu harus dijaga. Anak-anak harus diajak mengaji,” pesan Sirojudin mengakhiri kultum penyejuk hati.
Penulis: Dzul Ikhsan
Editor: Ricky IZI Pusat
Leave a Reply