Surabaya – Noor Aisyah telah bekerja di Malaysia sebagai juru masak di sebuah kantin sekolah kurang lebih selama 24 tahun. Keputusannya untuk berangkat menjadi TKW di Malaysia karena tak ada lagi pemasukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup ketiga anak dan kedua orang tuanya. Suaminya dinyatakan hilang saat melaut seorang diri karena sakit epilepsi yang dideritanya. Sejak saat itu, Noor yang menjadi tulang punggung keluarga.
Lama tinggal di Malaysia, beliau menitipkan anak untuk diasuh oleh kedua orang tuanya yang berada di Sampang, Madura. Setelah hampir 10 tahun menjanda, Noor memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang teman yang ada di Malaysia. Beliau juga WNI yang berasal dari Madura. Hari demi hari dijalani bersama suami ke-2, bahu membahu untuk mencukupi kebutuhan anak dan keluarga di Madura. Hingga pada akhirnya suami ke-2 Bu Noor kehilangan pekerjaannya karena ketahuan tidak memiliki surat izin bekerja di negara Malaysia (pekerja ilegal) Sejak saat itu Noor kembali menjadi tulang punggung keluarga.
Beberapa kali mengalami gejala seperti radang tenggorokan dan benjolan di area leher, namun Noor mengabaikannya karena mementingkan biaya hidup keluarganya yang ada di kampung. Sampai pada akhirnya 8 bulan berjalan, benjolan tersebut membesar hingga membuat Noor tidak bisa menggerakkan lehernya. Sempat di rawat beberapa kali di RS Malaysia, namun Noor masih saja bekerja untuk mencari biaya balik ke Indonesia. Setelah uang yang ia tabung selama 1 tahun cukup untuk biaya pulang, beliau pun memutuskan pulang ke Indonesia untuk berobat.
Dari hasil pemeriksaan di RS Sampang, Noor terdiagnosa Kanker Nasofaring Stadium 4 dan harus segera di rujuk ke RSUD dr Sutomo. Dari hasil observasi tim dokter RSUD dr Sutomo memutuskan untuk Noor jalani kemo 12 kali terlebih dahulu baru dapat menjalani operasi. Noor juga tidak boleh berbicara terlalu sering dikarenakan pita suara beliau sudah tertekan oleh sel kanker. Mendengar keputusan dokter bahwa kedepannya Noor akan menjalani pengobatan dalam kurun waktu yang lama di Surabaya, maka anak pertamanya menghubungi beberapa teman untuk mengumpulkan beberapa informasi.
Alhamdulillah seorang temannya saat kuliah memberitahukan bahwa ada rumah singgah gratis yg bisa di tempati oleh ibunya selama menjalani pengobatan di Surabaya. “Saya sangat bersyukur Allah tunjukan jalan keluar untuk saya, karna saya tak ada lagi biaya karna tidak bekerja, sedangkan jika pulang ke Sampang dan balik lagi untuk kemo lanjutan, sekali jalan bisa 700 hingga 800 ribu. Tak terbayangkan jika tak ada Rumah Singgah IZI – YBM PLN ini mungkin saya sudah tak bisa jalani kemo karna tak ada modal untuk biaya berobat” tutur Noor Aisyah. Saat ini benjolan leher Noor Aisyah telah mengecil secara signifikan, pekan depan beliau kembali menjalani kemo tahap 3. Semoga kedepannya Noor kembali sehat dan beraktivitas kembali.
Leave a Reply