IZI-ers tahu jumlah kekayaan Abdurrahman bin ‘Auf? Kalau zaman sekarang orang punya 10 kendaraan sudah disebut kaya raya, maka Abdurrahman bin ‘Auf merupakan Sahabat Rasulullah yang kaya raya raya raya raya raya… berkali-kali lipat. Mengapa demikian? Karena beliau memiliki ribuan kendaraan.
Kekayaannya begitu banyak, yang ia tinggalkan ketika meninggal dunia adalah 1000 unta, 3000 kambing, dan 100 kuda. Semuanya digembalakan di Baqi’, daerah pekuburan saat ini dekat Masjid Nabawi. Perlu dicatat, itu adalah jumlah kekayaan sepeninggal beliau, padahal selama hidupnya, Abdurrahman bin Auf telah menyedekahkan begitu banyak hartanya. Bisa dikatakan, hartanya tak habis habis.
Beliau juga memiliki lahan pertanian di Al-Jurf dan ada 20 hewan yang menyiramkan air di lahan itu, saking luasnya tanah pertanian yang dimiliki Abdurrahman bin ‘auf tersebut.
Nah, kebanyakan orang menganggap kekayaan akan membawa kebahagiaan, nyatanya anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Bagi Sahabat Rasulullah yang satu ini, kekayaan yang dimilikinya justru membawa kekhawatiran.
Mengapa khawatir? Karena ia takut kekayaan yang dimilikinya adalah balasan dari Allah atas segala amal baik yang ia lakukan, kalau semua kebaikannya telah dibalas didunia, lalu apa yang tersisa di akhirat kelak?
Subhanallah… Itu sebabnya Abdurrahman bin ‘Auf sering menangis disebabkan oleh nikmat kekayaan yang diperolehnya.
Bandingkan dengan orang-orang zaman sekarang yang justru banyak tertawa ketika mendapat kesenangan berupa harta. Tanpa mau berpikir apakah hartanya menjadikan dirinya lebih mulia atau justru lebih hina di hadapan Allah.
“Suatu saat pernah dihidangkan makanan kepada ‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu. Tetapi waktu itu ia sedang berpuasa. ‘Abdurrahman ketika itu berkata, “Mush’ab bin ‘Umair adalah orang yang lebih baik dariku. Ia meninggal dunia dalam keadaan mengenakan selimut yang terbuat dari bulu. Apabila kepalanya ditutup, maka terbukalah kakinya. Jika kakinya ditutup lebih baik dariku. Ketika ia terbunuh di dalam peperangan, kain yang mengafaninya hanyalah sepotong, maka tampaklah kepalanya. Begitu pula Hamzah demikian adanya, ia pun lebih baik dariku. Sedangkan kami diberi kekayaan dunia yang banyak.” Atau ia berkata, “Kami telah diberi kekayaan dunia yang sebanyak-banyaknya. Kami khawatir, jikalau kebaikan kami telas dibalas dengan kekayaan ini.” Kemudian ia terus menangis dan meninggalkan makanan itu.” (HR. Bukhari, no. 1275)
Seorang yang kaya raya macam Abdurrahman bin ‘Auf yang sudah dijamin masuk surga saja masih bisa berprasangka buruk pada dirinya sendiri. Ia begitu takut Allah atau Rasulullah membenci dirinya dengan tidak menyisakan kebaikan lagi di akhirat karena semua balasan kebaikannya sudah diberikan di dunia ini, maka ia pun menangis.
Sedangkan kita justru sebaliknya ya? Kita kegeeran merasa bahwa kekayaan yang kita nikmati merupakan tanda Allah mencintai diri kita. Padahal kita seharusnya lebih meneladani Abdurrahman bin ‘Auf, tidak gede rasa, tidak berprasangka baik pada amalan sendiri.
Astaghfirullahal’adzim, semoga kita mampu meneladani Abdurrahman bin ‘Auf yang terjaga dari ketinggian hati atas nikmat Allah yang diperolehnya. (SH)
Leave a Reply