Setelah pertemuan itu, kabilahnya mengabarkan kepada Haritsah tentang pertemuan mereka dengan Zaid. Lalu dia dan saudaranya langsung pergi ke Mekah untuk menemui Zaid. Setelah sampai di rumah Muhammad bin Abdullah, mereka berdua diperlakukan dengan sangat baik. Kemudian mereka menyampaikan maksud kedatangannya untuk menjemput Zaid. Mereka bersedia memberikan apapun yang diinginkan Muhammad untuk menebus Zaid.
Tapi Muhammad berkata “Sungguh kami tidak membutuhkan tebusan dan harta, tapi kami menyarankan agar Zaid tetap tinggal di sini dan menjamin bahwa Zaid akan hidup dengan kemerdekaan dan kesenangan.” Mereka menanyakan maksud beliau mengizinkan Zaid.
Muhammad berkata “Kami akan memanggil Zaid dan membawanya dihadapan kalian. Kemudian mari kita beri pilihan kepada Zaid antara Zaid pergi bersama kalian atau dia tetap tinggal di sini bersama kami? Jika Zaid memilih kalian berdua maka kami persilahkan Zaid pergi bersama kalian tanpa tebusan, tapi jika Zaid memilih kami maka dia jadi milik kami”
Haritsah dan saudaranya itu terkejut atas sikap Rasulullah yang memberikan pilihan, karena belum pernah mereka temui orang yang memberikan pilihan seperti itu sebelumnya. Ayah dan paman Zaid setuju atas tawaran dengan senang hati. Akhirnya datanglah Zaid dan kemudian Zaid dibeli pilihan antara tinggal bersama Muhammad atau pergi bersamya ayah dan pamannya. Tanpa ragu Zaid memilih tetap tinggal bersama keluarga Muhammad, jawaban Zaid mengejutkan ayahnya, kemudian dia berkata kepada Zaid “celakalah kau wahai Zaid, apakah kamu memilih perbudakan dan kau tinggalkan ayah, paman dan keluargamu?”
mereka tidak bisa memaksakan Zaid karena Zaid tetap pada pendiriannya untuk tinggal bersama keluarga Muhammad, kemudian ayah dan pamannya membawanya ke Masjidil Haram dan berkata kepada orang-orang di sana, “Lihatlah bahwa Zaid adalah anakku, dia akan mewarisiku dan aku pun mewarisinya.”
Ayahnya pun marah mengetahui pendirian Zaid, lalu mulai dari situlah Zaid dipanggil dengan Zaid bin Muhammad. Sehingga datang Islam dan Islam pun melarang tabani (pengangkatan anak).
Khadijah sangat menyayangi Zaid, karena suami tercintanya mempertahankan Zaid agar tetap tingggal bersamanya. Dia sangat senang mengetahui Zaid masih tetap tinggal bersama keluarga yang penuh berkah ini. Rasulullah dan Khadijah mengangkat Zaid sebagai anak sehingga Zaid dikenal dengan nama Zaid bin Muhammad. Tapi status Zaid berorangtuakan Muhammad hanya berlangsung beberapa tahun, karena Allah melarang praktek pengadopsian anak dengan cara seperti itu di dalam surat Al Ahzab ayat 5 dan 37, dan menyatakan tegas bahwa Nabi Muhammad bukanlah bapak dari laki-laki Muslim manapun dalam surat Al Ahzab ayat 40.
Demikianlah kisah sepasang suami istri yang mulia Muhammad dan Khadijah dalam memperlakukan seorang dengan baik tanpa melihat status dan sikap adilnya dengan memberikan pilihan kepada Zaid (seorang anak) yang memiliki hak untuk memilih.
Sumber : buku Khadijah Teladan Agung Wanita Mukminah
Leave a Reply