Seorang teman yang berprofesi sebagai dokter pernah memberikan pesan kepada Luqman Jasin (43) : agar mencari ilmu di balik besarnya gaji yang diterima dirinya sebagai pegawai farmasi kala itu.
Bahwa, ada tanggung jawab besar yang diemban oleh para praktisi kesehatan bagi masyarakat secara umum; yang berarti ada nilai kemanusiaan yang mulia di dalamnya. Pesan itu yang diingat hingga kini, dan menjadi alasan bagi Luqman bergabung bersama Inisiatif Zakat Indonesia untuk mendirikan Klinik Hemodialisa gratis bagi kaum fakir-miskin.
Di perusahaan farmasi tempatnya dahulu bekerja, Luqman Jasin pernah melakukan riset terkait penyakit ginjal di Indonesia. Melalui penelitian mendalam, ia bersama tim menemukan bahwasanya penderita gagal ginjal kronis lebih banyak dari kalangan menengah ke bawah.
Menurut Luqman, modernitas menjadi penyebab di mana penderita gagal ginjal meningkat. Di Indonesia, gagal ginjal kronis merupakan pembunuh terbesar ketiga bagi penduduknya. Pria kelahiran Madiun, Jawa Timur tersebut kembali menjelaskan bahwa semakin orang terpapar nilai-nilai modernisme, kebutuhannya semakin instant. Tanpa memperhatikan kesehatan, gaya hidup instant menggerus kesehatan diri.
Sebenarnya, rasio jumlah penderita gagal ginjal dari kalangan atas dengan menengah-ke bawah sama besarnya. Perbedaannya terdapat pada kemampuan membayar transplantasi ginjal baru; yang mana tidak dapat dijangkau oleh masyarakat menengah-ke bawah. Maka kalangan tersebut harus menerima kenyataan yang ada, dan musti melalui proses cuci darah sebagai proses penyembuhan.
Pada tahun 2017, Luqman menerima tawaran lembaga IZI mengomandani kehadiran Klinik Cuci Darah Gratis bagi fakir dan miskin ini. Maka dilakukanlah sosialisasi terkait kesehatan ginjal kepada warga di sekitar proyek pembangunan klinik tersebut yang berlokasi di daerah Depok, Jawa Barat.
Kegiatan sosialisasi dihadiri oleh pihak kelurahan, RT/RW setempat, rumah sakit, dan warga umum. Banyak masukan terkait penyitas gagal ginjal kronis kepada Luqman. Seperti contoh, ketersediaan mesin cuci darah di beberapa rumah sakit sudah penuh dengan pasien. Kondisi ini mengakibatkan banyak pasien “tak mampu” lain beralih ke pengobatan alternatif, sehingga mereka berstatus pasien drop out.
Hal ini sangat mengkhawatirkan. Karena, obat-obatan alternatif belum tentu berpengaruh baik pada ginjal; tetapi justru memberikan dampak lebih buruk. Untuk itu, Klinik Hemodialisa (Cuci Darah) gratis hadir terkhusus bagi pasien drop out yang mengalami kesulitan.
Proses pembangunan Klinik Cuci Darah IZI telah dimulai pada tahun 2018. Hingga kini, kerangka bangunan sudah mencapai hingga lantai dua. Luqman Jasin mengungkapkan pembangunan ini ditargetkan selesai pada Desember 2019, di mana secara keseluruhan bangunan dan perlengkapan mesin cuci darah telah siap beroperasi.
Melalui wawancara Tim INIZIATIF dengan mantan koordinator pemberdayaan masyarakat Kali Code, Yogyakarta, tahun 2000 ini tersirat sebuah harapan di balik wajahnya yang berkacamata atas pembangunan klinik IZI.
Wawasannya terkait penyakit gagal ginjal sangat membuka cakrawala. Berikutnya, misi yang diemban Luqman menjadi harapan bagi pasien drop out gagal ginjal kronis di sekitar Jabodetabek. (DH)
Leave a Reply