KALIMANTAN TIMUR – Supir ambulance bukanlah pekerjaan yang mudah. Meski nampak sepele, pekerjaan ini membutuhkan nyali besar. Masudin (46 tahun) adalah salah satu tim RSP IZI Kaltim yang telah menemani program tersebut sejak awal berdiri. Loyalitasnya tidak diragukan. Ia hampir melintasi seluruh bagian Kalimantan Timur dengan ambulance IZI. Iya, Masudin bertugas sebagai driver ambulance LAPORS IZI Perwakilan Kaltim.
Menjadi supir ambulance, Masudin telah mendapat pembekalan dan keterampilan BHD (Bantuan Hidup Dasar) untuk pasien. Termasuk tata cara penggunaan ambulans berikut lampu rorator yang menjadi ciri khas kendaraan tersebut. Setiap hari, ia memulai aktivitasnya dengan mengecek kesediaan ambulance untuk melayani mustahik. Ia rutin melayani penghuni RSP berobat ke rumah sakit. Sesekali ia juga mendapat pesanan layanan ambulance untuk masyarakat Balikpapan maupun luar Balikpapan, seperti Kabupaten Penajam, Kabupaten Paser, Samarinda, Bontang, Mahulu, dan Berau.
Kota Berau merupakan salah satu daerah yang pernah Masudin lintasi. Berjarak kira-kira 565 km, ia tempuh perjalanan tersebut selama 2 hari 1 malam. Masudin ditugaskan mengantarkan jenazah pasien RSP yang meninggal dunia di RSKD pada 26 Juni 2018 silam. Selama menyetir, posisi sopir harus duduk tegak. Punggung terasa kaku meski menyempatkan diri untuk beristirahat di sela perjalanan. “Punggung bisa pegal karena jok tidak bisa disandarkan ke belakang,” ungkap Masudi. Itu pun belum cukup, menyetir ambulans tidak bisa disamakan dengan mengendarai mobil pada umumnya. Kondisi mobil ambulans yang memiliki pemisah antara pasien dan kabin menjadi salah satu masalah. Saat jarak jauh, kondisi fisik dan kenyamanan menjadi taruhan. Sebab, posisi duduk tidak bisa disandarkan ke belakang. Otomatis, posisi tubuh nyaris tegak 90 derajat.
Semoga pekerjaan menjadi sopir ambulance ini menjadi ladang pahala bagi dirinya agar dapat terus membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan bantuan. Aamiiin Ya Rabbal Alamin.
Leave a Reply