Sebagian besar negara-negara Arab kala itu tidak memiliki perekonomian yang berarti, yang ada hanya pedesaan dengan pada pasirnya. Kecuali negeri Yaman yang merupakan negeri yang subur secara umum, terutama pada masa bendungan al-Ma’rib. Dimana, pada masa itu pertanian berkembang sangat pesat dan luas sehingga menimbulkan kekaguman.
Hal tersebut termaktub dalam QS. Saba’ ayat 15 yakni, “Sungguh, bagi kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Allah) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan), ‘Makanlah olehmu dari rizki yang (dianugerahkan) Rabb-mu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (Yaman) sedang (Rabb-mu) adalah Rabb Yang Maha Pengampun.’”
Namun masyarakat negeri Saba’ tidak bersyukur, mereka berpaling dari ketaan kepada Allah dan Rabb-Nya. Akibatnya, Allah menarik apa yang Dia berikan kepada kaum Saba’. Bendungan mereka jebol, bumi mereka berubah tandus. Lalu mayoritas penduduknya meninggalkan negeri tersebut. Sebagian pergi ke Irak, sebagian lainnya ke Yastrib (Madinah).
Lain di kabilah-kabilah Yaman, lain pula di kabilah-kabilah Adnan.mayoritas mereka hidup di padang rumput dan tanaman untuk hewan ternak. Mereka hidup dari susu dan dagingnya. Kecuali orang-orang Quraisy yang tinggal di Tanah Haram, maka mereka hidup bergantung kepada dua perjalanan dagang. Musim dingin ke Yaman dan musim panas ke Syam.
Mereka hidup makmur sedang orang-orang selain mereka hidup dalam kekerasan dan kesulitan. Kelapangan rizki yang didapatkan oleh orang-orang Quraisy, tidak lain karena mereka adalah para penjaga al-Haram dan mereka mengagungkannya. Karena al-Haram adalah pemberian Allah untuk keluarga para bapak dan para ibu dimana dari merekalah Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam berasal.
Dari kisah tersebut, kita tahu bahwa Allah memiliki kekuasaan yang tidak tertandingi oleh siapapun. Dengan Maha Pengasihnya, Allah memberikan apa saja yang manusia butuhkan. Karena tujuan terpenting manusia hidup adalah merasa aman dari rasa takut dan ketersediaan makanan dari rasa lapar. Tak hanya manusia, hewan, tumbuhan serta makhluk-Nya yang lain tak akan luput dari rasa Pengasihnya.
Sebagai penduduk sebuah negeri yang bisa dikategorikan mirip negeri Yaman tempo dulu, maka sudah sepatutnya kita bersyukur. Karena Allah mewajibkan kita untuk bersyukur sebagaimana dalam QS. Quraisy ayat 3-4 saat Allah meminta kaum Quraisy untuk bersyukur.
Bahwa, “Maka hendaklah mereka menyembah Rabb (Pemilik) rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan.”
Ibadah adalah syukur dan yang paling agung adalah mendirikan shalat. Barangsiapa yang tidak shalat, maka dia tidak bersyukur. (susi)
Leave a Reply