Surabaya (15/5/25) – Tepat dua tahun yang lalu, Yusuf dihadapkan pada pilihan yang sulit. Ibunda tercintanya, Juwitatik, terdiagnosis kanker serviks stadium 2 dan harus segera dirujuk ke RS Sutomo Surabaya untuk penanganan medis lebih lanjut. Di sisi lain, istri Pak Yusuf saat itu juga baru saja melahirkan anak ke-5. Perasaan berkecamuk datang antara mengabdikan diri untuk mendampingi ibu tercinta atau melanjutkan tanggung jawabnya untuk mencari nafkah bagi keluarganya.
Yusuf hanyalah seorang tukang servis serabutan yang membuka jasa servis di depan rumahnya untuk barang apapun yang ditawarkan kepadanya untuk diperbaiki. Sedangkan istrinya membantu perekonomian keluarga dengan berjualan jajanan ringan dan es. Setelah memikirkan segala sesuatunya dengan matang, Yusuf yakin bahwa upayanya untuk mengabdikan diri demi kesembuhan ibunda tercintanya adalah kesempatan yang tak akan terulang. “Hal yang paling saya beratkan saat menemani ibu berobat di Surabaya ini adalah anak-anak. Sangat berat hati saya meninggalkan anak-anak yang jaraknya hampir berdekatan itu harus mandiri karena ibunya juga mengurusi anak terakhir yang masih berumur 2 tahun,” tutur Yusuf sambil berkaca-kaca.
Juwitatik telah menjalani beberapa pemeriksaan di RSUD Kertosono dengan gejala awal pendarahan di area vagina. Setelah dilakukan observasi, tim dokter RSUD Kertosono memutuskan untuk merujuk Juwitatik ke Surabaya untuk penanganan lebih lanjut. Sesampainya di Surabaya, Juwitatik langsung menjalani tindakan biopsi untuk memastikan pengobatan apa saja yang akan dijalani oleh Bu Juwitatik selanjutnya. Dari hasil biopsi tersebut dinyatakan bahwa Juwitatik telah mengidap kanker serviks stadium 2 dan akan dijadwalkan kemoterapi selama 6 kali. “Saat itu kami belum tahu informasi tentang rumah singgah IZI – YBM PLN ini, jadi kami pulang pergi bolak-balik dalam satu bulan untuk kemoterapi dan kontrol,” tutur Juwitatik.
Pada kemoterapi ke-3, Juwitatik sempat mengalami putus asa karena kondisinya yang tidak kunjung membaik dan terus mengalami pendarahan. Yusuf lah yang berupaya keras untuk memotivasi ibunya agar tidak berputus asa dalam berusaha. Alhamdulillah, 6 kali kemoterapi akhirnya tuntas dijalani oleh Juwitatik. Dua minggu setelahnya, Juwitatik direncanakan akan menjalani terapi radiologi selama 35 hari, dan hari itu juga Juwitatik dijadwalkan untuk menjalani simulator radiologi. Saat di ruang tunggu, ada seseorang yang menginfokan adanya rumah singgah pasien IZI – YBM PLN.
Tanpa berpikir panjang, Yusuf lalu menghubungi call center yang tertera pada kartu nama tersebut. Alhamdulillah, beliau dan Juwitatik telah mendapatkan tempat singgah selama menjalani terapi radiologi selama 35 hari. “Saya sangat bersyukur bisa di sini. Bagi saya, pelayanan yang diberikan sudah sangat istimewa. Kami diberikan tempat yang nyaman, makanan juga kami bebas ambil sepuasnya. Semoga Allah membalas semua kebaikan pengurus dan donatur rumah singgah pasien IZI – YBM PLN,” ungkap Yusuf. Saat ini, Juwitatik telah singgah selama 2 bulan di rumah singgah pasien IZI – YBM PLN. Kondisinya yang sering pendarahan menyebabkan hemoglobinnya menurun dan menghambat proses radiologi yang sedang dijalaninya.
Leave a Reply