Salah satu bentuk dukungan IZI dalam program dakwah yakni dengan mendukung kegiatan belajar membaca Alquran yang diadakan oleh TKIT Mitra Harapan Insani (MHI) Surabaya. Kunjungan tim IZI (11/2) pada pukul 09.00 untuk melihat keaktifan anak-anak dalam belajar Alquran.
Taman Kanak-kanak Islam Terpadu (TKIT) Mitra Harapan Insani Surabaya hadir untuk memenuhi kebutuhan pendidikan berbasis keislaman tingkat kanak-kanak di daerah Sambikerep, Surabaya Barat, seperti yang dikemukakan Arif Batutah, penggagas TKIT MHI yang berdiri pada tahun 2016 tersebut.
“Kami melihat belum ada sekolah tingkat TK yang menggabungkan pendidikan qur’an dan umum, dengan tetap mempertimbangkan tumbuh kembang anak,” ungkapnya.
Salah satu program unggulan TKIT MHI Surabaya adalah pengenalan Alquran berbasis tingkat tumbuh kembang anak-anak tersebut. Program TPQ ini berjalan 1 jam sebelum pelajaran inti tingkat TK dengan materi yakni mengenal doa keseharian, hadits, menghafal Al-Qur’an 30 juz dan mengaji bersama.
Pembagian kelas TPQ bergantung pada tingkat kemampuan murid. Kelas PAUD belajar tentang tilawati, sedang kelas TK mulai fokus menghafal. Setiap kelas memiliki target yang berbeda-beda. Seperti kelas TK A, ditargetkan untuk hafal 10 doa harian, 10 hadits, dan 5 surat pendek. Kelas TK B, difokuskan untuk menghafal sampai Al-Zalzalah.
Tahun pelajaran 2019-2020 ini, TKIT MHI mendidik 13 orang murid dengan 3 orang guru. Tugas 2 guru adalah mengajar sekaligus merangkap pengajar Quran.
“Idealnya, sebuah Taman Kanak-anak itu perbandingan murid dan gurunya adalah 5 murid banding 1 guru,” kata Lisa Krismiati, Kepala Sekolah TKIT MHI Surabaya.
Dari komposisi guru tersebut akan berpengaruh efektifitas anak-anak menerima materi. Usia juga dipertimbangkan ketika akan masuk TK, yakni minimal usia 4,5 tahun karena di usia tersebut moody-nya sudah lumayan stabil.
Keikutsertaan orangtua juga sangat berarti dalam membentuk generasi qurani. Sebagai bentuk kepedulian, guru TKIT MHI tidak segan melakukan kunjungan rumah jika memang ada anak yang membutuhkan perhatian khusus. Penyebabnya beragam, karena murung di kelas, kurang aktif dan sebagainya. Setiap akhir semester, orangtua juga diundang untuk mengikuti kajian parenting.
“Kajian parenting untuk orangtua memang kami agendakan untuk menjaga silaturrahim dan penyatuan frekuensi dari apa yang ada di sekolah dan rumah,” ungkap Lisa kembali.
Beliau menambahkan cerita tentang seorang anak anak yang motoriknya terganggu sehingga menghambat kemampuan membacanya. Ternyata setelah ditelisik, orangtua di rumah kurang memperhatikan si anak karena kesibukan masing-masing. Maka dari itu butuh kerjasama antara orangtua dan guru yang ada di sekolah.
Terakhir, sebagai mitra IZI Jatim bidang dakwah, TK MHI berharap agar IZI semakin bermanfaat dan diberkahi oleh Allah SWT. (Susi/DH)
Comment (1)
MasyaAllah… IZI mmg sgt bermanfaat utk memudahkan ummat diberbagai bidang. Smg Tambah sukses & Allah mberi kemudahan dlm setiap langkah Aamiin..