Tidak sama ujian antara satu orang dengan yang lainnya. Ada yang mungkin diuji dengan kekayaan, kemiskinan, kesehatan, bahkan dengan anak-anak yang dimilikinya. Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa melakukan demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata:”Ya Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh”. Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Munafiqun: 9-11)
Dari ayat tersebut jelas bahwa harta dan anak berpotensi membuat lalai dari mengingat Allah. Berikut ini cara agar tidak menjadi orang merugi karena dilalaikan oleh harta dan anak-anak:
- Hidup sederhana/ zuhud
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Sesungguhnya setiap ummat itu memiliki fitnah dan fitnah ummatku adalah harta.” (HR Tirmidzi no 2258)
Kenikmatan memang seringkali melalaikan. Itulah sebabnya kita perlu belajar untuk hidup zuhud meskipun memiliki harta yang berlimpah.
- Mendidik anak untuk dekat pada Islam dan Qur’an
Anaklah adalah titipan yang harus dididik dengan sebenarnya. Sebab anak yang sholeh dan shalelah dapat menjadi salah satu amal jariyah yang tidak terputus meskipun orangtuanya sudah meninggal.
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila salah seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfa’at baginya dan anak shalih yang selalu mendoakannya.”(HR Muslim no 3084)
Dalam hadits lain juga disebutkan bahwa mendidik anak lebih baik daripada bersedekah dengan setengah sha’ setiap hari.
Dari Jabir bin Samurah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seseorang mendidik anaknya lebih baik dari pada ia bersedekah dengan setengah sha’ setiap hari.” (HR Ahmad 20065)
- Bersedekah rutin
Ada orang-orang yang Allah uji dengan hartanya, lantas ia merasa harta yang dititipkan oleh Allah adalah miliknya sepenuhnya. Kemudian ia menahan-nahan harta tersebut karena takut jumlahnya akan berkurang. Padahal setiap yang dimiliki oleh setiap hamba sejatinya hanyalah titipan yang sewaktu-waktu dapat diambil oleh pemiliknya, yaitu Allah. Itulah sebabnya penting untuk bersedekah secara rutin agar harta yang dimiliki menjadi lebih berkah.
Allah berfirman:
“Barang siapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Baqarah [2]: 245)
- Disiplin dalam beribadah, menghukum diri sendiri jika lalai
Untuk dapat disiplin dalam beribadah, dapat dilakukan dengan memberikan reward atau punishment kepada diri sendiri. Misalkan membuat target ibadah harian yang perlu dilakukan. Jika target terpenuhi, berikan reward kepada diri sendiri, misalkan berapa bulan sekali jalan-jalan, nonton atau makan di luar. Namun jika target harian tidak terpenuhi, berikan pnishment. Bisa dengan merapel amalan harian yang terlewatkan, atau setiap target yang tidak tercapai maka harus berinfaq dengan nominal tertentu sesuai kemampuannya masing-masing.
Meskipun terlihat sepele namun untuk dapat merealisasikan hal ini diperlukan niat yang kuat. Sebab kadang kita suka memberikan pembenaran juga pemakluman kepada diri sendiri.
Jangan biarkan nikmat yang Allah berikan justru membuat kita jauh dari Allah. Manfaatkan semua yang sudah DIA beri sebagai sarana untuk mendekatkan diri dengan-nya. (SH/RI)
Leave a Reply