Tiga belas tahun berkarir di lembaga perzakatan bukan berarti tantangan makin sedikit. Justru, tantangan itu makin bervariasi dan perlu secepatnya diatasi. Itulah yang dirasakan Haryono selaku General Manager Pendayagunaan IZI.
Pria kelahiran tahun 1983 itu mengawali karirnya di bidang perzakatan pada 1 Agustus 2006. Ia baru saja menyelesaikan masa perkuliahannya, dan langsung terjun bersama PKPU cabang Semarang mengelola dana zakat kala itu. Antara tahun 2013 hingga 2015, Haryono ditugaskan ke kota Surabaya selaku kepala cabang kemudian. Saat IZI lahir di tahun 2016, ia bertugas di kantor pusat Inisiatif Zakat Indonesia, di bilangan Condet, Jakarta Timur.

Ketidakhadiran keluarga bersamanya kala berpindah-pindah tugas menjadi sebuah tantangan berat. Pada awalnya, ia harus memaksimalkan skill adaptasi diri dan lingkungan kerja demi terbentuknya sinergi antara bagian-bagian yang bersinggungan langsung dengan tugasnya. Melewati tantangan tersebut Haryono mengaku banyak belajar mengembangkan seni pengelolaan, pemberdayaan, dan partnership.
“Dalam konteks internal, saat kita sudah selaras dan tahu posisi masing-masing harus seperti apa, selanjutnya ke depan adalah bagaimana menciptakan program yang mengakselerasi kemandirian mustahik lebih efektif dan efisien,” tuturnya lebih lanjut.
Hingga akhir tahun 2018, Alhamdulillah – divisi Pendayagunaan IZI telah membangun tren peningkatan dalam hal penyerapan dana zakat dan jumlah mustahik. Sebagai contoh, Haryono menceritakan bagaimana pak Amri (mustahik) berhasil meningkatkan taraf hidupnya melalui pelatihan bekam, dan pak Umar (mustahik) dengan kemandirian usaha cukurnya ;sekaligus menjadi trainer pelatihan cukur yang diadakan divisi yang dikepalainya. Hal itu pula yang menjadi salah satu penyemangat ayah dua anak itu dalam berkarir di IZI.

Yang menjadi perhatiannya saat ini adalah bagaimana ia bersama timnya mampu melahirkan inovasi-inovasi baru yang menguatkan sisi kualitatif mustahik; selain dari peningkatan kualitas infrastuktur. Ukuran kualitas mustahik itu menurutnya bukan hanya dari segi peningkatan ekonomi saja, tapi juga kesejahteraan spiritual, dan manfaat mereka di tengah-tengah sosial masyarakat.
Saat ditanya mengenai program yang akan dirilis divisi Pendayagunaan IZI tahun ini, Haryono mengungkapkan bahwa mereka sedang mengembangkan program pada segmentasi pertanian.
“kita sedang mempersiapkan silabus serta perangkat programnya. Insha Allah, bulan April 2019, kita bisa running,” ungkapnya.
Suami dari Dian Septiandani itu menutup sesi wawancara dengan harapan para stakeholder dapat meningkatkan spirit bersama-sama demi membangun sebuah peradaban melalui zakat : bahwa rupiah yang terkumpul oleh masing-masing divisi di IZI ini bukan sekedar dalam rangka menutup target, tapi benar-benar untuk meningkatkan taraf hidup para mustahik.
Di samping itu, dari faktor eksternal perlu adanya sinergisitas dengan lembaga-lembaga lain, menurutnya. Karena sebagai lembaga zakat, IZI tidak dapat berpikir mampu menyelesaikan masalah kemiskinan yang mencapai sembilan persen-an ini sendirian di Indonesia. (DH)
Leave a Reply