Kakek Masri mengalami sakit sejak dua tahun lalu. Tiga hari kemarin (18/1), ia bersama sepupunya bapak Iskandaria dan anak kakek Masri sedang melakukan perjalan menuju Surabaya dari Kapuas, Kalimantan Tengah. Ketiganya hendak menuju Jakarta untuk keperluan berobat Kakek Masri.
Penyakit paru telah merenggut kenyamanan beraktivitas dari kakek Masri. Sebab untuk berobat saja, ia tidak bisa menggunakan pesawat terbang karena dikhawatirkan akan sesak nafas saat perjalanan, sehingga keluarga memutuskan jalur darat menuju Jakarta.
“Pak Masri kalau sesak itu seperti nafas sudah di kerongkongan,” kata Iskandaria sembari memegang dada dan memperagakan kondisi kakek Masri saat kehabisan obat parunya.
Sakit tersebut merimbas pada ketergantungannya terhadap obat. Di tas kecilnya itu, penuh dengan obat. Jadi, keluarga mengambil ancang-ancang agar di kondisi apapun, jangan sampai obatnya habis.
Perjalanan pertama untuk pengobatan kakek Masri adalah dari Desa Sei Kayu, Kapuas menuju Surabaya. Ketiganya mengarungi perjalanan dengan menggunakan kapal feri. Berlabuh di Pelabuhan Perak hendak menuju terminal Bungurasih.
Sesampainya di terminal, kakek Masri yang tidak bisa menggunakan Bahasa Indonesia ditipu oleh taksi ilegal. Supir taksi tersebut membawa kabur satu tas yang berisikan berkas-berkas pengobatan, serta sejumlah uang milik bapak Iskandaria.
Kejadian malang itu membuat bapak Iskandar menjual ponsel genggamnya untuk keperluan bertahan hidup. Sementara anak kakek Masri kembali lagi ke Kalimantan Tengah untuk mengurus keperluan berkas yang hilang tersebut.
Akhirnya, untuk keperluan dan kebutuhan pak Masri berobat ke Jakarta, IZI Jawa Timur memberikan bantuan biaya perjalanan dan uang akomodasi ke Jakarta, dengan ashnaf ibnu sabil, IZI turut membantu keperluan musafir itu dengan membelikan tiket kereta sejumlah dua kursi dari Stasiun Pasar Turi menuju Stasiun Pasar Senen, Jakarta.
“Saya berterima kasih kepada IZI karena telah memudahkan urusan saya,” ucap Pak Iskandar saat perpisahan dengan tim IZI yang mengantar ke stasiun. (Arning Susilawati/IZI)
Editor : Agustiana Fajri
Leave a Reply