Jasa guru tak terhingga. Banyak dari para guru, baik yang berstatus PNS, non PNS, hingga relawan, ikhlas membuka cakrawala keilmuan kepada muridnya.
Pahlawan tanpa tanda jasa itu akan selalu dikenang, karena mereka adalah agen pengganti orang tua di dalam mendidik generasi bangsa. Meski sangat disayangkan akan terjadinya beberapa tindakan kekerasan di dalam lingkungan pendidikan, di era modern saat ini.
Kasus yang menimpa dunia pendidikan seakan menjadi sesuatu yang secara umum terjadi. Pada kenyataannya, masih banyak murid yang menghormati dan mencintai guru-guru mereka.
Mereka, para murid sadar bahwasanya kesuksesan dan keterampilan tidaklah mereka capai tanpa jasa seorang guru yang mendidik mereka dengan penuh keikhlasan dan perjuang.
Hadirnya Hari Guru Nasional tiap tanggal 25 November merupakan bagian dari perayaan kehadiran tenaga pengajar sebagai agen mencerdaskan kehidupan generasi bangsa.
Inisiatif Zakat Indonesia sebagai lembaga pengelola dana zakat profesional mengikuti perkembangan kondisi tenaga pengajar sebagai “mujahidin” di garda pendidikan paling depan negeri ini.
Rabu (25/11/2020) kemarin, IZI perwakilan Sumatera Utara melakukan kunjungan langsung ke kediaman guru mengaji yang berdedikasi mengajarkan Al-Qur’an kepada generasi penerus.
Guru mengaji tersebut bernama Swartik (48). Dirinya telah mengajar baca-tulis Al-Qur’an semenjak tahun 1994. Muridnya hingga kini mencapai 57 anak yang terdiri dari anak-anak yatim-piatu, serta dari keluarga dhuafa.
Selain fokus sebagai pengajar baca-tulis Al-Qur’an kepada anak-anak, banyak dari ibu-ibu rumah tangga yang menjadi peserta didik dari salah satu warga yang tinggal di Jl. Setia, Gg. Pribadi, Kecamatan Medan Sunggal, itu.
Swartik berlega hari atas apresiasi yang diberikan IZI Sumatera Utara dan para donatur kepada dirinya selaku guru mengaji, “semoga tetap sukses dan diberkahi Allah segala aktivitasnya.”
Bapak M.Iqbal Farizi selaku kepala perwakilan Inisiatif Zakat Indonesia Sumatera Utara juga menyampaikan pesan agar kita wajib memperingati hari guru ini sebagai bukti bahwa kita peduli dan menghormati jasa guru.
“Mungkin tanpa seorang guru kita tidak bisa berbuat banyak dalam menjalani kehidupan,” jelas M. Iqbal Farizi. (Friskal/IZI Sumut 2020)
Leave a Reply