Jakarta (24/11/25) – Rumah Singgah Pasien IZI Slipi kembali menjadi saksi perjuangan seorang pejuang kecil bernama Muthia Haq, gadis 6 tahun 10 bulan asal Pangandaran yang sejak usia dua bulan harus menghadapi penyakit jantung bawaan. Untuk mendukung proses pengobatannya, IZI menyalurkan bantuan berupa biaya operasi pemasangan ring jantung, vitamin dan obat-obatan, tisu basah, tisu kering, minyak telon, susu, serta santunan yang sangat dibutuhkan selama masa perawatan. Perjalanan panjang Muthia dimulai ketika penyakitnya terdeteksi di usia yang masih sangat bayi. Sejak tahun 2019, keluarga harus menempuh perjalanan jauh Pangandaran–Jakarta untuk mendapat perawatan di RS Harapan Kita. Operasi pertamanya tidak sepenuhnya ditanggung BPJS, dan pandemi memperparah penundaan kontrol rutin di RSUD Pandega Pangandaran maupun RS Harapan Kita.
Kondisi jantungnya membuat aktivitas Muthia terbatas. Ia mudah lelah dan tidak bisa bermain bebas seperti teman-teman seusianya. Namun keberaniannya justru melampaui tubuh kecilnya. Ketika sang ibu kelelahan, Muthia selalu menjadi penyemangat. Dengan polosnya ia sering berkata kepada orang tuanya. “Pokoknya kalau dioperasi lagi dedek tidak takut, lebih sakit kesandung daripada operasi.” Kalimat sederhana itu telah menjadi kekuatan besar bagi kedua orang tuanya. Di awal perjalanan pengobatan, keluarga sempat merasa terpukul dan sendirian menghadapi kenyataan pahit ini. Namun semua berubah ketika mereka tiba di RS Harapan Kita Jakarta. Di sana, sang ibu melihat banyak anak dengan kondisi serupa, dan hati yang awalnya berat perlahan menjadi lebih tenang.
Kepada tim IZI, Sri Rahayu berkata bahwa setelah tiba di rumah sakit besar tersebut, ia baru menyadari bahwa mereka tidak sendiri. Melihat banyak keluarga yang sedang berjuang membuat dirinya jauh lebih kuat. “Di kampung saya merasa sangat berat, seolah hanya anak saya yang seperti ini. Tapi begitu sampai di Harapan Kita, saya melihat banyak anak-anak seperti Muthia. Saya merasa lebih ringan dan tidak merasa ini beban sendirian.”
Di balik itu semua, tersimpan tekad kuat orang tua Muthia. Sejak pertama kali mengetahui kondisi putrinya, mereka bersepakat, apa pun rintangannya, Muthia harus sembuh. Meski ada rasa tidak percaya dan kesedihan yang besar di awal, mereka memilih untuk tetap berdiri, tetap berjuang, dan tidak menyerah. Mereka rela menempuh perjalanan jauh, mengorbankan kenyamanan, dan melakukan apa pun yang bisa dilakukan untuk menyangga kehidupan putri kecil mereka.
Namun beban ekonomi turut menjadi tantangan besar. Usaha warung nasi dan ikan bakar milik ayah Muthia terhenti, sehingga penghasilan keluarga hanya bersumber dari mengajar mengaji dan hasil kebun yang tidak menentu. Sebagian besar pemasukan habis untuk biaya pengobatan, hingga orang tua Muthia terpaksa menggadai kebun demi kelanjutan terapi dan operasi putri mereka.
Pada 25 November 2025, Muthia dijadwalkan menjalani operasi kateterisasi jantung kedua, sebuah tindakan penting yang tidak boleh lagi ditunda. Di tengah tekanan mental dan finansial, bantuan dari para donatur IZI menjadi cahaya harapan yang sangat berarti. Dengan suara penuh rasa syukur, Sri Rahayu menyampaikan, “Terima kasih kepada Donatur IZI yang telah membantu pengobatan Muthia. Semoga Donatur IZI bertambah berkah rezeki dan usianya, selalu dalam lindungan Allah SWT dan lebih bermanfaat bagi umat, terutama yang membutuhkan bantuan dari IZI. Saya sudah tinggal di Rumah Singgah IZI selama 5 tahun dan merasakan manfaatnya sampai saat ini.” Ucap Muthia. Semoga bantuan ini menjadi wasilah kesembuhan bagi Muthia, dan menjadi amal jariyah bagi para donatur yang telah mengulurkan tangan penuh kasih untuk keluarga kecil ini.
Leave a Reply