MEDAN – Berpendidikan tinggi khususnya di tingkat universitas merupakan impian sebagian orang sebagai jalan menuju kesuksesan. Meskipun dengan kuliah tidak menjamin seseorang bisa meraih kesuksesan, setidaknya memiliki ilmu sampai perguruan tinggi dapat menjadi bekal dalam mengarungi kehidupan ini. Sebagian masyarakat dari golongan kurang mampu ingin anaknya berkuliah di universitas negeri. Namun, mahalnya biaya kuliah membuat sebagian orang tua mengurungkan niatnya.
Hal tersebut dirasakan oleh Erlinda dan Imrahuddin, sepasang sumi istri yang sedang berjuang menguliahkan Meysy anaknya di Universitas Negeri Medan (UNIMED). Imrahuddin bekerja sebagai penjual minyak solar dan bensin, berpenghasilan 100 ribu sampai 150 ribu per hari.
Sementara Erlinda berjualan nasi untuk membantu pemasukan sang suami dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Disisi lain, semangat keluarga sederhana ini patut ditiru dalam memperjuangkan pendidikan untuk ke-3 anaknya.
Meysy Deviani Putrisiswi saat ini menginjak semester akhir yang memang sedang banyak pengeluaran untuk mengurus tugas akhirnya. Disamping itu, kakaknya Meysy juga masih berkecimpung menyelesaikan perkuliahannya, sementara adiknya sedang menunggu hasil SBMPTN untuk memasuki jenjang pendidikan di perguruan tinggi. Dengan 3 orang anak yang sedang menuntut ilmu, tentu membuat Erlinda dan Imrahuddin harus memutar otak agar ke-3 tetap bisa kuliah sampai sarjana.
Perjuangan Erlinda dan Imrahuddin ternyata tidak sia-sia, Meysy mampu menunjukkan prestasinya di kampus dengan meraih predikat Mahasiswa Berprestasi. Berbagai torehan prestasi telah ia ukir baik tingkat nasional maupun tingkat internasional. Tidak sampai disitu, Meysy juga telah menerbitkan buku yang berjudul “Scrible Of Dream”. Untuk membantu biaya pendidikannya, Meysy juga mengajar di salah satu lembaga privat dengan upah 200 ribu per bulan.
Sebelumnya Meysy juga mendapatkan beasiswa bidikmisi, akan tetapi masanya sudah habis karena penanggungannya hanya sampai semester 8. Oleh karena itu, ia harus membayar uang kuliah sebesar Rp. 1.400.000,- yang berakhir pada 16 Agustus 2019. Keuangannya saat ini belum mencukupi, sehingga tabungan yang ia miliki untuk naik haji akan rela ia gunakan untuk membiayai kuliahnya.
Melihat kondisi tersebut, Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) perwakilan Sumatera Utara membantu Meysy dan keluarganya dengan memberian Bantuan Dana Pendidikan melalui Program Santunan Layanan Mustahik (LAMUS) yang diberikan pada Minggu (14/07) di kontrakkan Meysy. Santunan ini merupakan sumbangsih semangat agar Meysy dapat melanjutkan kuliahnya dan mampu menyelesaikan kuliahnya dengan baik. (Raihan/IZI Sumut/Editor: Fajri)
Leave a Reply