Orang tua pasti akan bangga ketika kebaikan yang dilakukannya ternyata diikuti dan diteruskan oleh anaknya. Pertanyaannya, apa saja yang perlu kita siapkan sehingga kita para orang tua meng-kaderisasi generasi peduli sosial berikutnya?
Nana Sudiana, Direktur Pendayagunaan IZI, yang telah 20 tahun bekerja sebagai amil zakat memiliki beberapa kiat. Begini ringkasannya,
Pertama, didik anak peduli sesama dengan tulus oleh orang tua
Seperti analogi teko yang menyimpan air sebelum didistribusikan ke cangkir dan gelas, begitu juga tips ini mengawali. Begitu teko ini ada isinya, maka tak menunggu lama, ia akan distribusikan bagi yang memerlukan.
Nah, sesekali ajak dan biasakan anak-anak kita untuk turut berperan memberikan sesuatu kepada sesama. Baik harta benda yang kita miliki atau amanah pihak lain yang ada pada kita untuk dibagikan pada yang memerlukan.
Legacy yang kita harapkan, pada dasarnya lebih luas dari barang atau uang yang kita bisa berikan pada anak kita, namun justru yang akan mereka terima adalah nilai-nilai kemuliaan dalam kehidupan manusia.
Kedua, libatkan mereka dalam kegiatan kita
Untuk menguatkan konsep pengasuhan dan pendidikan agar spirit kebaikan masuk ke dalam jiwa seorang anak, sejak dini perlu melibatkan anak dalam beragam kegiatan orang tua.
Kegiatan ini diharapkan menumbuhkan habit yang positif bagi diri anak serta akan membentuk konsep diri yang menyatu dengan apa yang dikerjakan orang tua. Dengan begitu, tak perlu banyak nasihat dan arahan yang harus diberikan. Ccukup dengan interaksi langsung, maka transfer budaya dan keterampilan bisa secara otomatis terjadi.
Di luar itu, tentu saja masih diperlukan doa-doa yang tak putus dari kita, para orang tua untuk kebaikan dan keberhasilan hidup mereka.
Ketiga, perbanyaklah dialog dua arah
Emban orang tua mendidik kepedulian sosial anaknya tak mungkin mampu dipikul oleh generasi rebahan, yang terlalu santai hidupnya dan tanpa motivasi yang kuat untuk membantu dan berkorban bagi sesama.
Untuk menguatkan mental keturunan berikutnya, orang tua butuh memperkuat dialog dengan anak-anaknya ini. Dialog penting untuk memastikan respon dan kepahaman anak-anak dan generasi muda akan apa yang akan dikerjakan dan dilakukan di masa yang akan datang.
Memperbanyak dialog artinya menguatkan ikatan, men-transfer keinginan dan harapan secara sadar dalam bingai keyakinan yang sama bahwa masa depan itu akan lebih baik dengan kepedulian .
Keempat , ajarkan kasih sayang sejak dini
Kasih sayang, baik terhadap anak maupun sesama manusia ibarat sebuah gelombang. Ia akan merambat dan mengalir melewati medan yang luas. Fenomena anak-anak amil yang bermasalah bila kita dalami ternyata masalahnya mereka kurang perhatian dan kasih sayang.
Walau generasi hari ini secara fisik lebih baik, didukung dengan kemajuan ekonomi dan peningkatan taraf hidup yang semakin baik, nyatanya dari sisi mental, belum tentu hal ini lebih baik.
Di saat seperti inilah orang tua tetap harus memperhatikan anak-anaknya dengan baik dan terus memastikan agar mereka secara masuliyah mentalnya sehat, kuat dan tabah serta berada dalam lingkup kedisplinan dan keyakinan yang baik akan masa depan.
Kelima, pastikan mereka paham sebelum menjadi sesuatu
Menyiapkan mental anak terlebih dahulu penting sebelum memberikan nasehat atau mengajarkan sesuatu. Hal ini penting agar ada kesiapan mendasar dari seorang anak terhadap ilmu, pengetahuan dan keterampilan yang akan diajarkan. Inilah yang disebut persiapan pemahaman sebelum ilmu.
Imam Syafii berkata: “Siapa yang masa mudanya tidak digunakan menuntut ilmu, maka dia akan merasakan kehinaan sepanjang hidupnya”.
Leave a Reply