Jakarta – Rangkaian pelatihan keterampilan SPA Massage terus berlanjut, peserta kembali mempelajari teknik Javanese Massage dan Reflexology. Program kolaborasi IZI dan PT Paragon Technology and Innovation berlangsung selama 4 hari dimulai dari tanggal 09 – 12 September 2025, kemudian pelatihan dibagi menjadi 3 hari pelatihan hard skill massage dan 1 hari pelatihan soft skill. Waktu pelatihan dimulai dari pukul 09.00 s/d 17.00, diawali dengan pemaparan teori Javanese Massage dan Reflexology, lalu berlanjut ke sesi praktik peserta yang diawasi dan dibimbing oleh trainer yaitu Eka Catur Sari.
Dalam pemaparan materi, trainer pelatihan menjelaskan pengertian pijat sebagai metode perawatan tubuh yang menggunakan teknik mengusap, menggetar, memukul, meremas, memutar, dan menekan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan peredaran darah dan getah bening, sekaligus membantu mengendurkan otot. Lebih lanjut, Javanese massage adalah teknik pijat yang sudah digunakan sejak zaman kerajaan di wilayah Jawa. Jenis pijat ini termasuk dalam kategori deep tissue therapy. Javanese massage menggunakan kombinasi gerakan yang lembut dan mendalam untuk merangsang sirkulasi darah dan merelaksasi otot-otot yang tegang.

Setelah sesi materi, kegiatan dilanjutkan dengan praktik langsung. Trainer memberikan arahan detail mulai dari posisi tangan, tekanan yang tepat, hingga alur pemijatan sesuai dengan tradisi Jawa. Peserta aktif bertanya mengenai teknik pijat yang baik, terutama terkait perbedaan antara pijat relaksasi biasa dengan pijat deep tissue. Beberapa peserta juga mengajukan pertanyaan seputar manfaat pijat terhadap kesehatan serta bagaimana cara menyesuaikan tekanan pijat agar sesuai dengan kebutuhan klien.
Pada hari terakhir pelatihan hard skill atau hari ketiga pelatihan Kamis, 11 September 2025, para peserta mendapat pembekalan teori dan praktik Foot Reflexology Massage. Trainer menyampaikan pondasi utama pijat refleksi adalah menguasai teknik pijat mengusap, menggetar, memukul, meremas, memutar, dan menekan. Refleksi merupakan ilmu yang mempelajari titik-titik tertentu pada tubuh, terutama kaki, tangan, dan telinga, yang terhubung dengan organ lain melalui sistem saraf. Tekanan pada titik tersebut akan membantu memperlancar energi dan menyeimbangkan fungsi tubuh.

Saat praktik antar peserta, seorang peserta sempat berteriak karena tekanan pijatan dirasa terlalu keras. Momen itu dijadikan pemahaman oleh trainer untuk menerangkan bahwa rasa sakit di titik refleksi tertentu bisa mengindikasikan adanya gangguan pada organ terkait. Peserta juga diperlihatkan peta titik refleksi melalui tayangan proyektor untuk memperkuat pemahaman.
Pada sesi akhir pelatihan, trainer memberikan post test berbasis digital melalui handphone untuk mengukur pemahaman peserta setelah tiga hari pelatihan. Tes tersebut mencakup pemahaman teori hingga keterampilan dasar pijat yang telah dipraktikkan. Hasilnya menjadi gambaran sejauh mana peserta mampu menyerap materi yang diberikan. Program pelatihan ini tidak hanya dirancang untuk meningkatkan keterampilan massage, tetapi juga menjadi langkah nyata dalam pemberdayaan ekonomi, khususnya bagi para kaum perempuan dan ibu rumah tangga.
[frd]

Leave a Reply