Memaknai bulan puasa pertama di tahun ke-2 hijriah, tentu tidak akan hilang diingatan kaum muslimin tentang Perang Badar. Perang yang awalnya tidak diniatkan itu, berawal dari operasi dagang untuk kaum Quraisy yang hendak menuju Syam. Kota Madinah memang terletak di antara Makah dan Syam, dimana Syam sendiri adalah pusat perdagangan di jazirah Arab kala itu.
Namun, berita inspeksi dagang tersebut terdengar oleh Abu Sufyan yang kala itu memimpin rombongan dagang. Ia berbalik menuju Makkah untuk meminta bantuan kepada petinggi Quraisy yakni Abu Jahal dan Abu Lahab. Bantuan pun datang melimpah, tak tanggung-tanggung jumlahnya.
Hampir seribuan orang berpakaian perang lengkap dengan senjatanya berduyung-duyung menuju Madinah. Kala itu, pasukan Muslimin hanya sepertiga dari jumlah pasukan Quraisy. Kaum Muslimin merasa terancam dengan datangnya pasukan tersebut, maka terjadilah Perang Badar.
Kepanikan akan jumlah pasukan tersebut mengusik batin Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau dalam kegentingannya berdoa pada Allah subhanahu wata’ala. Dengan segala ketawadua’an-nya, hampir-hampir ia berputus asa.
“Aku tidak yakin, setelah kekalahan perang ini, apakah masih ada yang mengagungkan-Mu, ya Rabb,” begitu kiranya doa bernada kesungguhan itu.
Abu Bakar radhiallahu ‘anhu pun mengabadikan kondisi Rasulullah saat itu. “Sungguh aku melihat bahwa kita semuanya tertidur kecuali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau di bawah pohon sholat dan menangis hingga subuh hari.” (HR Ahmad).
Atas izin Allah, di malam yang pekat, Allah menurunkan ayat kegembiraan untuk Rasulullah dan pasukannya. “Bergembiralah wahai Abu Bakar, ini Jibril di giginya ada debu-debu (dari medan perang).”
Di pergantian hari dari malam menuju fajar. Datang rahmat Allah melalui rasa kantuk berat yang mendera kaum Quraisy. Mereka tertidur pulas, dan seakan terhipnotis bahwa jumlah pasukan Muslim lebih banyak daripada pasukan Quraisy.
Perang pun terjadi. Saat yang bersamaan, malaikat-malaikat Allah yang berjumlah ribuan itu turun ke bumi untuk turut membantu mengalahkan kaum Quraisy. Allah juga membuat rasa khawatir di jiwa pasukan Quraisy.
Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata, “Sampai-sampai aku berkata kepada seseorang di sampingku, ‘Apakah engkau melihat jumlah pasukan Quraisy 70 orang?’ Ia menjawab, ‘Aku melihat jumlah mereka 100’, Padahal jumlah mereka sekitar 1000 orang.”
Pun dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhumaa berkata; “Tatkala seseorang dari kaum muslimin pada hari tersebut (perang Badr) sungguh sedang cepat mengikuti seseorang dari musyrikin di hadapannya, tiba-tiba ia mendengar suara pukulan cemeti di atas si musyrik dan suara prajurit berkuda yang berkata : “Majulah Haizuum (Haizum nama kuda malaikat tersebut)”, lalu ia melihat ke si musyrik di hadapannya telah jatuh terkapar di atas pundaknya, lalu ia melihat kepadanya ternyata si musyrik telah terluka hidungnya dan robek wajahnya berbekas menjadi seperti tempat cambuk, maka wajahnya hijau (hitam) seluruhnya. Maka ia (anshori) tersebut datang dan mengabarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka Nabi berkata : “Engkau benar, itu adalah pasukan pertolongan dari langit ketiga”. Maka kaum muslimin pada hari tersebut membunuh 70 orang dan menawan 70 orang.” (HR Muslim no 1763)
Alhasil, ketimpangan kuantitas pasukan perang 1000:330 orang itu, dimenangkan oleh pasukan Muhammad. Pasukan Quraisy tercecar dimana-mana mayatnya, sementara kaum muslimin masih tidak percaya bisa mengalah pasukan sebanyak itu.
Sungguh, betapa dahsyat kekuatan doa Rasulullah yang dilantunkan tepat pada Jum’at, 17 Ramadhan 2H itu. Jika bukan karena kesungguhannya dalam berdoa dan meminta pertolongan pada Allah, hendak kepada siapa manusia yang kerdil ini meminta perlindungan?
Semoga Ramadhan selalu memantik kita untuk tetap berdoa dengan kesungguhan. Apapun permasalahan yang sedang menghampiri kita, curahkan saja pada Allah. Serta yakinlah, Allah akan memudahkan urusan kita.
Semoga bermanfaat. (susi)
Leave a Reply