JAKARTA – Dalam kalender Hijriyah, hari ini 10 Muharram bertepatan dengan 8 Agustus 2022 ada sebuah tradisi masyarakat dan umat Islam yang disebut dengan Lebaran Anak Yatim.
Tradisi menyantuni anak yatim pada tanggal 10 Muharram memang sudah ada sejak dulu, baik dilakukan oleh para ulama maupun masyarakat umum. Momen ini juga untuk mengingatkan orang-orang agar terbuka mata hatinya dan lebih peduli dalam memperhatikan nasib anak-anak yatim.
Tidak ada satu anak pun di dunia ini, ingin terlahir dalam keadaan yatim? Apalagi memilih jadi anak yatim piatu? Tidak ada yang tahu kapan ajal seorang ayah atau bapak terjadi. Karena ajal adalah hak prerogatif Allah SWT.
Hal itu juga yang tidak dinginkan seorang Raditya atau sering disapa Adit. Seorang anak yatim piatu berusia 12 tahun yang saat ini sudah duduk di Kelas 5 SD. Sang ayah meninggal dunia pada tahun 2019 saat ia berusia 9 tahun. Sedangkan sang bunda meninggal dunia saat Adit baru berumur 1 bulan. Adit saat ini tinggal bersama bibinya yang bernama Ibu Marinah di daerah Pamulang, Tangerang Selatan.
Hidup tanpa orang tua mengharuskan Ibu Marinah untuk berperan sebagai orang tua bagi Adit. Selama ini untuk merawat dan menghidupi 2 orang anaknya saja sangat sulit selain Adit, namun hal itu tetap harus ia lakoni. Bagaimanapun ia juga menyayangi Adit keponakannya yang yatim piatu. Sebenarnya Adit memiliki 3 orang kakak kandung, namun hanya satu kakaknya yang bekerja sedangkan 2 orang lainnya tidak lulus SD sehingga sulit mendapatkan pekerjaan. Inilah yang membuat mereka kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari bahkan pendidikan Adit.
Peran Ibu Marinah dan suaminya masih sangat besar terhadap keseharian Adit. Ibu Marinah yang saat ini hanya bekerja sebagai buruh di toko penjual ayam goreng. Sedangkan suami Ibu Marinah bekerja sebagai pengumpul barang bekas. Penghasilan mereka tentunya sangat terbatas untuk memenuhi kebutuhan anak-anak mereka serta Adit.
Semua berharap sangat berharap Adit dapat bersekolah sampai minimal lulus SMA. Keluarga berharap kehidupan Adit kedepan bisa lebih baik dari kakak-kakaknya yang lain bila pendidikannya lebih tinggi. Mereka sadar harapan itu berat mengingat kondisi ekonomi keluarga dan tidak adanya kedua orang tuanya.
“Alhamdulillah, Adit pernah mendapat beasiswa dari IZI tahun lalu namun sudah berhenti sebulan lalu, mudah-mudahan ada donor lagi untuk biaya Pendidikan Adit,” ujar Ibu Marinah.
Leave a Reply