Sahabat IZI, pernahkah mendengar kisah sahabat nabi yang buruk rupa dan miskin tapi dia dirindukan bidadari surga? Namanya memang tidak setenar Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Bilal bin Rabbah dan sahabat Rasulullah lainnya. Tapi dibalik ketidaktenarannya, ia memiliki tempat tersendiri di sisi Rasulullah.
Ialah Julaibib. Secara fisik Julaibib tidak menarik, posturnya pendek, kecil, kulitnya hitam legam, wajahnya buruk dan penampilannya lusuh. Bangsa Arab pada zaman jahiliyah dulu tidak memandang Julaibib karena Julaibib tidak jelas nasabnya, dia tidak mengenal siapa ayah ibunya. Dia tidak memiliki harta, sebatang kara dan hidupnya luntang-lantung seperti gelandangan di Yasrib (Madinah). Nama Julaibib adalah julukan untuknya yang artinya “Orang yang berjubah sangat kecil”.
Meskipun tidak beruntuk secara fisik dan ekonomi, Julaibib merupakan orang shaleh sahabat Rasulullah. Kemuliaan ahlaknya, kesabarannya dan dia selalu berada di shaf terdepan dalam shalat dan medan jihad.
Rasulullah yang ramah dan senang bercanda, suatu kali menyapa Julaibib “Wahai Julaibib, apakah engkau tidak ingin menikah?” Tanya Rasulullah.
Julaibib tahu diri, siapa manusia yang mau menikah dengan orang seperti dirinya. Kendati demikian, Rasulullah tidak main-main dengan pertanyaannya, hingga tiga kali pada tiga kali kesempatan Rasulullah bertanya dan tiga kali pula Julaibib menjawab dengan hal yang sama bahwa tidak mungkin ada orang tua yang mau menikahkan putrinya dengan gelandangan seperti dirinya.
Pada kali ke tiga Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bertekad akan menikahkan Julaibib, beliau tidak hanya bertanya tapi langsung menggandeng tangan Julaibin dan membawanya melamar seorang gadis jelita, anak dari pemimpin kaum Anshar.
Pemimpin Anshar menyambut kedatangan Rasulullah dengan suka cita. Dan Rasulullah pun meyampaikan maksud untuk melamar putri pemimpin kaum Anshar tersebut.
“Maksud kedatangan kami kesini, saya ingin menikahkan putri kalian,” pinta Rasulullah.
Sang tuan rumah mengira Rasulullah yang akan menjadi menantu mereka. Dengan wajah bahagia mereka menerimanya.
“Bukan untukku, kupinang putri kalian untuk Julaibin,” Jawab Rasulullah.
Ayah si gadis langsung terkejut, terpekik mendengar jawaban Rasulullah. Julaibib sendiri pun merasa malu yang teramat sangat. Seriuskah dan senekat inikah Rasulullah melamarkan gadis dari pemimpin Anshar untuk dirinya yang buruk rupa.
Ayah si gadis tidak memberi jawaban apapun, dia dan istrinya menyerahkan semua jawabannya kepada putrinya, mereka berharap sang putri menolak pinangan tersebut. Tapi jawaban putrinya sungguh mengejutkan “Apakah ayah dan ibu ingin menolak permintaan Rasulullah? Demi Allah kirim aku padanya. Jika Rasulullah yang meminta maka pasti beliau tidak akan membawa kehancuran dan kerugian dunia akhirat untukku.” Jawab gadis shaleha itu.
Kemudian dia membacakan ayat, “Dan tidaklah patut bagi lelaki beriman dan perempuan beriman, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka Sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata” (QS. Al Ahzab : 36)
Sungguh keikhlasan dan keta’atan kepada Allah dan RasulNya, dia menerima Julaibib karena Allah dan RasulNya yang memilihkan untuknya.
Akhirnya, menikahlah Julaibib yang miskin, buruk rupa dan tak punya nasab tapi ketaatan kepada Allah dan Rasulullah sungguh luar biasa.
“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan fisik kalian. Allah hanya melihat hati dan amal perbuatan kalian.” (HR. Muslim)
Julaibib sangat bersyukur dna bahagia karena tak disangka dia telah menikah dengan seorang istri shaleha yang cantik jelita.
Selesai walimatul ursy (pesta pernikahan) Julaibib membawa istrinya ke rumahnya yang berada di Suffah Masjid Nabasi. Julaibib sangat kagum melihat kecantikan wajah istrinya yang sangat cantik. Tiba-tiba Julaibib dilanda rasa tidak percaya diri, mengingat ia memiliki rupa yang sangat buruk. Dia pun bertanya kepada istrinya “Apakah engkau ridho dengan pernikahan ini? Tidakkah engkau menyesal telah menerimaku sebagai suamimu?”
Dengan lembut istrinya menjawab “ Wahai suamiku engkau adalah laki-laki pilihan Rasulullah untukku, aku ridho menjadi istrimu”
Julaibib senang mendengar jawaban istrinya, tapi tidak berselang lama tiba-tiba terdengar seorang mengetuk pintu, salah seorang sahabat datang menyampaikan pesan Rasulullah agar muslimin berkumpul di Masjid karena ada panggilan Jihad. Tanpa pikir panjang, dengan penuh keikhkasan dan keimanan Julaibib memenuhi panggilan jihad tersebut dan berpamitan dengan istrinya yang cantik dan baru dinikahi beberapa waktu.
“Wahai istriku berilah ridhomu atas keberangkatanku ke medan jihad. Sungguh aku bahagia bersamamu, hatiku penuh dengan cinta namun cintaku kepadamu bukankah sepantasnya tak melebihi cintaku pada panggilanNya?” kata Julaibib.
Dengan menitikkan air mata istri Julaibib melepas kepergian suaminya yang baru tadi pagi menikahinya dan malam hari ia harus melepas suaminya untuk berperang untuk agama Allah. Keduanya bersatu dan berpisah karena Allah. Kemudian Julaibib pergi ke medan perang, ia berperang dengan gagah berani menumpas para musuh di medan Uhud.
Saat perang berakhir, Rasulullah mencari Julaibib dan menyeru semua sahabat mencari Julaibib dan dia ditemukan telah syahid. Tubuhnya penuh luka, Rasululah sedih melihatnya. Beliau sendiri yang mengafani dan menshalati Julaibib.
Saat Julaibib selesai dimakamkan, terjadilah persitiwa yang menakjubkan. Rasulullah menangis air matanya menetes sembari melihat gundukan tanah kemudian memandang langit dan tersenyu, lalu membuang pandangannya ke samping kemudian menutup mata dengan telapak tangannya. Para sahabat yang melihat kejaidan itu heran, lalu bertanya kepada Rasulullah “Wahai Rasulullah, mengapa engkau menangis di makam Julaibib?”
“Aku menangis karena mengingat Julaibib, dia meminta restuku untuk menikah. Semestinya hari ini dia berbahagia bersama istrinya, tapi hari ini juga dia telah tiada” Jawab Rasulullah.
“Lantas mengapa tadi engkau tersenyum” Tanya salah seorang sahabat.
“Saat memandang langit, aku melihat para bidadari turun untuk menjemput Julaibib” Jawab Rasulullah.
“Lalu mengapa engkau membuang pandangan ke samping? Apa yang engkau lihat ya Rasulullah?”
“Bidadari yang menjemput Julaibib sangat banyak. Mereka saling berebut. Ada yang meraih tangannya dan ada pula yang meraih kakinya. Sehingga salah satu bidadari itu tersingkap kainnya dan terlihat betisnya” jawab Rasulullah.
Demikianlah kisah sahabat Rasulullah yang banyak orang menghinanya tapi justru karena ketaatan dan cintanya kepada Allah dia mengalahkan ego dunianya dan memilih panggilan jihad. Meskipun ia buruk rupa di dunia tapi dia justru mendapatkan dan menikah dengan bidadari di surga. (Ayu)
(Dari berbagai sumber)
Leave a Reply