BENGKULU (IZI News) – Saniman, tinggal di Air Napal, Kec. Bang Haji, Kabupaten Bengkulu Tengah dengan seorang istri yang bernama Marah. Menikah dengan Marah pada tahun 1987, dan dikarunia lima orang anak. Pekerjaan Saniman setiap harinya adalah berkebun, mereka memiliki kebun sawit kurang lebih satu hektar persegi.
Perkebunan Sawit tersebut menjadi sumber mata pencaharian Saniman dan keluarga, dari hasil Sawit tersebut Saniman bisa mencukupi kebutuhan sehari-harinya. “Walaupun pas-pasan, bahkan kadang kurang, jadi saya harus nghutang dulu ke tetangga.” Ujar Pak Saniman.
Pada tahun 2013, ketika panen buah kelapa sawit tiba, terjadi hal yang tidak diinginkan dan terpikirkan oleh pak Saniman, “saat saya sedang menombakkan Dodos Sawit, kepala ibu Marah terkena benturan tangkai dodos,” tambah Saniman. Dalam ketetangannya, setelah terkena benturan tersebut ibu Marah pun sempat mengalami pusing dan membengkak, akan tetapi tidak lama langsung pulih kembali.
Dua bulan setelah kejadian tersebut, tingkah laku istrinya tiba-tiba berubah, tingkat emosionalnya sangat tinggi, tidak seperti biasanya. “Waktu tidurnya saja tidak tidur, biasanya istri saya tidur jam 9 malam, sekarang tidurnya bisa jam 3 dini hari.” Pangkas Saniman. Menurut Saniman, istrinya tersebut berubah 360 derajat dari kebiasaan aslinya. Melihat kondisi tersebut Saniman pun berinisiatif membawa istrinya ke Kejiwaan di RSJ (Rumah Sakit Jiwa) Soeprapto, Bengkulu.
Menurut dokter, dari hasil pemeriksaannya tersebut, Ibu Marah mengalami sakit Hernia Nucleus Pulposus (HNP) atau yang sering dikenal masyarakat dengan istilah syaraf kejepit dibagian kepala. Sistem pengobatannya harus dilakukan setiap satu bulan sekali secara rutin dan harus mengkonsumsi obat setiap hari agar kondisi ibu Marah kembali normal. Apabila tidak diperiksa secara rutin atau tidak diberikan obat, kondisi ibu Marah bisa Up Normal.
Selama enam tahun ini, Saniman mengurus keluarganya sendiri tanpa campur tangan sang istri. Saniman tidak bisa lagi mengharapkan banyak kepada istrinya karena kondisi istrinya yang tidak stabil. Sebulan sekali Saniman membawa istrinya melakukan check up dan membeli obat. Biaya check up tersebut ditanggung oleh BPJS, namun untuk obat tidak sepenuhnya, karena apabila stok obat di rumah sakit habis, Saniman harus membeli obatnya di apotek umum dan membayar dengan uang pribadi.
Mengetahui kondisi tersebut, serta kesulitan yang dialami Saniman, Senin (25/02/19) Tim IZI perwakilan Bengkulu bersilaturahim dan memberikan bantuan untuk meringankan Biaya Pengobatan istri Saniman, sekaligus mengajak semua kalangan yang memiliki jiwa sosial untuk membantu meringankan beban Saniman dan istrinya. (Dedi Pratama/IZI Bengkulu/Editor: Agustian Fajri).
Leave a Reply