BANDUNG – Subuh jelang pagi itu, hiruk pikuk aktivitas masyarakat sudah mulai terlihat. Tampak seorang perempuan dengan pakaian batik motif bunga selaras dengan kerudung pink muda mendorong sebuah sepeda di pinggir jalan.
Tersebutlah Ibu Menik (63 th), perempuan asal Solo Jawa Tengah. Sudah 20 tahun lebih ia berjualan jamu keliling di sekitar daerah Kiara Condong, Bandung. Dengan sepeda berwarna merah, ia berjualan keliling menjajakan jamu yang diraciknya sendiri.
Seorang perempuan yang sudah tua tentu ingin menikmati masa tuanya. Apalagi dengan nyaman tanpa harus memikirkan bagaimana cara bertahan hidup setiap harinya. Lain hal dengan Bu Menik, jari-jari telapak tangannya yang sudah mulai keriput masih lincah meracik jamu untuk dijual.
Bersama kedua anaknya yang masih sekolah, Bu Menik tinggal di bilangan Kiara Condong, Bandung. Ia memulai berjualan keliling Kota Bandung selepas subuh hingga jamunya habis. Biasanya jika jamunya habis bisa mendapatkan penghasilan kotor sekitar 130 ribu.
Bu Menik menyusuri jalan demi jalan di Kota Bandung hingga memasuki lorong perumahan demi menjajakan jamunya. Sambil terus menaiki sepedanya, tak bosan-bosan ia melontarkan kalimat ‘Jamu Pak! Jamu Bu!’ Jamu Kang!’.
“Alhamdulillah, sudah 8 tahun ini Ibu jualan dengan sepeda. Sebelumnya berjualan jamu keliling dengan berjalan kaki sambil menggendong bakul selama sekitar 12 tahun-an. Sedikit demi sedikit kumpulkan uang bisa beli sepeda,” tutur Bu Menik sambil tersenyum.
Bu Menik menjual beragam jenis jamu tradisional diantaranya beras kencur, temulawak, kunyit asam, dan kunyit sirih. Jamu-jamu tersebut dijual dengan harga Rp 5.000 per gelasnya. Terkadang para pembeli juga membungkus jamu-jamu tersebut untuk dibawa pulang.
Alhamdulillah, subuh jelang pagi itu Tim Sedekah Subuh IZI menyampaikan bantuan amanah dari para donatur. Semoga bantuan yang diberikan dapat menguatkan semangat untuk terus berjuang jamu keliling.
Leave a Reply