JAKARTA – Sebuah angkot dengan warna khas merah tampak parkir di pertigaan jalan Pondok Rangon, Jakarta Timur. Yah, angkot KWK orang-orang biasa menyebutnya. Pada masanya merupakan primadona sebelum tergeser angkot JAK Lingko yang berwarna biru putih dan ojek online.
Seorang lelaki lewat paruh baya tampak menoleh kanan kiri mencari penumpang sambil duduk dan berpegangan pada stir mobil. Muhammad Mansyur nama lengkapnya, lelaki asli Jakarta berusia 68 tahun yang tetap setia menjalani profesi sebagai supir angkot lebih dari 30 tahun.
“Abis sholat subuh siap-siap dah tuh Bang saya nyupir. Klo ada nasi di rumah saya sarapan dulu, klo ga ada yah jalan dulu. Sekiranya nanti ada sewa baru sarapan,” ujar Pak Mansyur dengan semangat.
Dalam sehari, Pak Mansyur harus setor pada pemilik angkot sebesar 100 ribu rupiah. Tapi terkadang ia meminta kebijakan sang pemilik klo lagi sepi. Pasalnya sekarang berbeda sekali dengan dahulu. Seharian dari pagi sampe sore ajah terkadang baru dapat 150 ribu rupiah, belum BBM dan makan.
Beberapa faktor menjadi penyebab sepinya penumpang angkot di Jakarta. Diantaranya biaya DP motor murah, hadirnya angkutan umum modern JAK Lingko, juga transportasi berbasis online. Terlebih kebijakan kenaikan harga BBM turut mempengaruhi aktivitas warga.
Pak Mansyur tak memikirkan dan ambil pusing apa penyebab penumpang sepi. Yang terpenting baginya anak dan istrinya di rumah bisa ada beras dan lauk untuk makan.
“Alhamdulillah Ya Alloh! Pagi-pagi begini dapat bantuan Sedekah Subuh dari IZI. Pas banget kemarin sepi banget sewa, jadi beras di rumah kosong. Saya bisa pulang dulu ini bawa beras buat bini di rumah,” ungkap Pak Mansyur dengan sekspresi setengah kaget.
Hampir setiap hari Pak Mansyur harus memutar isi kepalanya agar mampu memenuhi setoran, biaya bensin, makan, biaya bulanan, ongkos sekolah anaknya, dan kebutuhan istri serta sanak keluarganya.
Mudah-mudahan Sedekah Subuh para orang baik bisa meringankan kebutuhan keluarga Pak Mansyur dan pejuang subuh lainnya.
Leave a Reply