Semarang – Faktor ekonomi terkadang membatasi seseorang untuk mengambil tindakan, termasuk halnya sakit dikala sedang keterbatasan ekonomi. Namun tidak dengan kebanyakan pasien Rumah Singgah IZI. Meskipun dalam keterbatasan ekonomi,banyak dari mereka yang tetap berjuang ingin sembuh, salah satunya Suraji (55 th) pasien kanker usus.
Suraji divonis menderita kanker usus lebih dari satu tahun lalu. Selama itu pula beliau harus pengobatan bolak-balik dari kampung halamannya ke Kota Semarang. Awal tahun lalu, Suraji menjalani operasi kolostomi. Yakni pembedahan untuk membuat bukaan atau lubang (stoma) pada dinding perut untuk disambungkan ke bagian usus besar.
Pasca operasinya tersebut, jahitannya lepas dan mengakibatkan Suraji mengalami perdarahan dan nanah yang masih keluar hingga sekarang. Sebelum ke rumah singgah, Suraji bersama anaknya sempat menyewa kos-kosan. Baru sehari menempati kos, ternyata kondisi Suraji ngedrop dan harus rawat inap hingga 2 bulan lamanya.
“Setelah rawat inap kami bingung akan tinggal dimana, sedang kalau pulang pergi juga jauh, kondisi fisik bapak tidak kuat. Biayanya juga besar. Alhamdulillah dapat info dari pasien lain ada rumah singgah gratis. Kami coba hubungi alhamdulillah bisa dibantu,” ungkap Ana (21 th) putri Suraji.
Disetiap kesempatan, Suraji selalu mengucapkan rasa terima kasihnya. “Maturnuwun mbak, saya sudah dibantu”, ungkap Suraji. Sebelumnya Suraji ialah petani di desanya. Karena sakit Suraji tidak bisa menggarap sawah dan tidak mendapatkan pemasukan. Sekarang hidupnya mengandalkan ketiga putrinya yang sudah berkeluarga.
Leave a Reply